Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar modal Rudiyanto menilai bahwa pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelang pengumuman hasil sengketa pilpres 2014 cenderung kurang semarak.
"Aktivitas di pasar modal pada tahun ini tidak terlalu besar, sentimen terkait pilpres di dalam negeri yang salib-menyalib dengan sentimen lainnya membuat investor menahan keputusan investasinya, jadi banyak yang masih wait and see, sehingga mempengaruhi IHSG BEI," ujar Rudiyanto yang juga Head of Operation and Business Development Panin Asset Management di Jakarta, Rabu.
Di sisi lain, lanjut dia, kurang semaraknya aktivitas pasar modal domestik pada tahun ini juga dikarenakan banyak investor yang masih merugi akibat koreksi IHSG BEI pada 2013.
Dalam catatan BEI, kinerja IHSG BEI di sepanjang tahun 2013 mencatatkan penurunan sebesar 0,98 persen ke posisi 4.274,18 poin.
"Indeks BEI pada 2013 sempat mencapai di kisaran level 5.200 poin, lalu turun dan banyak investor yang belum untung sehingga pada tahun ini mereka cenderung menunggu sampai portofolionya kembali. Setelah itu, pasar kemungkinan akan kembali semarak," kata Rudiyanto.
Ia mengharapkan bahwa setelah adanya hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang sedianya akan diumumkan pada tanggal 21 Agustus ini terkait sengketa pilpres, pasar saham kembali semarak.
"Adanya kepastian akan membuat investor tidak ragu lagi," katanya.
Setelah itu, lanjut dia, pelaku pasar akan mencermati aksi pemerintahan baru. Jika pemerintahan mendatang komitmen menerapkan kebijakannya seperti mengurangi anggaran bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada tahun depan, diprediksi akan disambut positif pasar.
"Jalan atau tidaknya suatu kebijakan pemerintah itu akan mempengaruhi pasar. Dari sudut pandang keuangan negara, kebijakan BBM itu akan baik," kata Rudiyanto.
Ia memproyeksikan bahwa pada tahun ini indeks BEI akan berada di kisaran level 5.200 poin. Jika kebijakan pemerintah dinilai sesuai dengan harapan, maka diekspektasikan level IHSG BEI itu bisa ditembus.
(ZMF/R010)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014