Peshawar (ANTARA News) - Satu ledakan bom menghantam kerumunan pembelanja saat mereka membeli hadiah untuk sebuah acara perayaan Muslim di kota Peshawar di Pakistan baratlaut, Jumat, yang menewaskan tujuh orang, para pejabat mengatakan. Puluhan orang yang lain terluka akibat bom yang sangat kuat itu, yang ditanam di bawah kereta penjual keliling gipsi dekat sebuah taman umum, kata kepala polisi provinsi North West Frontier, Riffat Pasha. "Itu tampaknya merupakan bom buatan-setempat dan diatur waktunya untuk meledak pada waktu puncak belanja untuk hari raya. Kami sedang menyelidiki siapa yang mungkin melakukan serangan berdarah itu," kata Pasha. Hari raya Muslim Idul Fitri menandai berakhirnya puasa bulan Ramadhan. Ledakan tersebut juga terjadi tak lama sebelum orang akan menghentikan puasa mereka hari itu. Mendagri Aftab Sherpao mengatakan tujuh orang tewas. Seorang dokter di rumah sakit Lady Reading di Peshawar mengatakan 24 orang yang luka-luka telah masuk (ke rumah sakit itu), 13 dari mereka dalam keadaan kritis. "Kejahatan yang patut dicela dalam bulan suci Ramadhan menunjukkan sifat kejam penyerang, yang memasang bom di sebuah tempat di luar taman umum dengan tujuan untuk menimbulkan korban sebanyaknya," kata Sherpao. Bom itu tampaknya dipasang di bawah satu dari sejumlah kereta penjaja keliling yang diparkir di jalan setapak di luar Taman Jinnah di kota itu, yang menjual boneka, kain dan barang perhiasan sebelum hari raya, pejabat polisi Abdul Rehman mengatakan. "Jalan itu dikerumuni pria, wanita dan anak-anak ketika ledakan tersebut terjadi," kata Rehman. Lima dari mereka yang terluka adalah wanita. "Saya mendengar suara ledakan besar dan ketika saya melihat ke belakang ada daging manusia dari semuanya," kata seorang saksimata yang memberikan namanya sebagai Shahid di tempat terjadinya ledakan. Ledakan itu telah mengirim dahan beberapa meter jauhnya dan jalan itu telah kotor dengan darah dan potongan daging, kata seorang fotografer AFP. Polisi kemudian menutup tempat itu dan mengumpulkan bukti.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006