Jakarta (ANTARA) - Apoteker Rahmat Hidayat menekankan pentingnya mematuhi resep dalam meminum antibiotik guna mencegah bahaya resistensi antimikroba pada diri sendiri dan orang lain, seperti keluarga, karena terdapat sejumlah efek yang dapat berdampak pada keduanya.

"Kenapa antibiotik harus diminum berdasarkan anjuran dari resep? Karena ada beberapa alasan. Kita melawan, kita membunuh mikroba yang sebenarnya merupakan makhluk hidup. Jadi kalau kita lalai, dia akan mampu berpikir mencari jalan keluar agar bisa survive. Yang pada akhirnya bisa berujung kepada kekebalan mikroba itu sendiri," kata apoteker yang kerap disapa Mr. Matt itu dalam siaran oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin.

Menurut dia, ada beberapa efek resistensi antimikroba yang perlu diperhatikan. Yang pertama, katanya, apabila antibiotik sederhana tak lagi mempan untuk mengobati akibat penggunaan sembarangan itu, maka perlu antibiotik yang lebih kuat, yang harganya bisa lebih mahal.

Baca juga: Ahli soroti peran penting perawat dalam pencegahan AMR

"Namun, ada yang jauh lebih serius. Pada saat kumannya tidak mati dalam tubuh, maka kuman itu akan tetap hidup. Kemudian dia keluar dari tubuh individu pertama. Dia akan pergi ke individu yang lain, misalnya anggota keluarga yang lain," katanya.

Dia mencontohkan, kuman itu keluar dari korban pertama, menempel di tanah, kemudian tertempel di korban selanjutnya. Karena kuman tersebut menjadi lebih kebal, akhirnya lebih sulit mengobatinya, bahkan ketika korban selanjutnya sudah patuh pada resep yang diberikan.

Oleh karena itu, Mr. Matt pun mengingatkan bahwa kepatuhan dalam meminum antibiotik bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga orang lain, termasuk anak dan cucu di masa depan.

Baca juga: Dokter ingatkan ancaman resistensi antimikroba seperti pandemi senyap

Dia menambahkan, meskipun antibiotik bekerja melawan kuman dan bukan pada tubuh, beberapa antibiotik dapat menyebabkan efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, ujar dia, pemberiannya perlu sesuai resep, karena jika tidak, dapat merusak organ seperti ginjal, bahkan telinga.

Mr. Matt menyebutkan, antibiotik bekerja pada sejumlah komponen kuman, seperti pada DNA dan dinding sel. Dia menyebut bahwa antimikroba yang paling sering digunakan sembarangan adalah amoksisilin, yakni antibiotik yang menghambat pembentukan dinding sel.

"Jadi, beberapa antimikroba itu, antibiotik itu seperti amoksisilin, efek sampingnya kecil sekali. Diare misalnya saja atau urinenya cuma berbau. Sehingga mereka, pengguna tidak menganggap itu adalah hal yang serius. Akibatnya dia tidak menganggap bahwa menggunakan antibiotik membahayakan tubuhnya," kata dia.

Baca juga: WHO: Cermati resistensi antimikroba hindari penyakit sulit diobati

Dia menyebutkan, antibiotik seperti itu masih bisa didapatkan secara mudah, dan tak sedikit orang yang mendapatkannya dari tempat-tempat yang tak berwenang. Oleh karena itu, perlu ada edukasi bagi publik tentang bahaya penggunaan antibiotik yang sembarangan, meminum antibiotik tidak tuntas, atau bahaya apabila mendapatkan obat-obat ini dari tempat-tempat yang tidak berwenang atau tidak legal.

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024