Jakarta (ANTARA) - Dosen Pangan dan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Widjaja Lukito menyebut pentingnya pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan memperhatikan faktor infeksi dalam rangka menangani stunting.
"Arti stunting itu disebabkan tiga elemen, kurang gizi dan kurang asupan, infeksi yang berulang, dan stimulasi psikososial yang kurang. Di Indonesia, infeksi tuberkulosis atau TB masih tinggi, di antara yang TB itu, berapa yang anemia dan kurang gizi? Ini perlu jadi perhatian," katanya di Jakarta, Senin.
Ia juga menegaskan pentingnya melihat angka stunting di masing-masing provinsi dan mendeteksi infeksi yang dialami oleh balita maupun ibu karena menjadi salah satu faktor penyebab perbaikan gizi menjadi tidak maksimal.
"Stunting jangan hanya lihat angka nasional, tetapi lihat juga angka provinsi. Mulai sekarang harus lebih serius, stunting itu kan karena kurang gizi kronis, jadi pasti ada asupan yang bermasalah, tetapi jangan lupa ada infeksi karena di Indonesia kan cukup banyak, ada diare, TB, jadi anak kalau mau mentas perbaikan gizi, tetapi dia sakit, ya bisa jatuh lagi (gizinya)," paparnya.
Ia juga mengemukakan pentingnya pemerintah menggerakkan tenaga kesehatan untuk melihat permasalahan riil yang terjadi guna menekan kasus stunting.
"Kita tidak punya data, oke lah mungkin kita mengukur tingginya anak, tetapi apakah kita tahu anak-anak yang stunting itu karena apa? Pernah diperiksa enggak, kotorannya? Yang cacingan berapa persen? Lalu yang infeksi berapa persen, yang TB? TB itu, kalau ada satu saja yang terkonfirmasi tetapi pengobatannya tidak tuntas, maka sebetulnya anak balita harus di-skrining," tuturnya.
Baca juga: Menteri PU: Infrastruktur dasar bisa bantu dalam pengurangan stunting
Untuk itu, ia menyarankan apabila program prioritas Makan Bergizi Gratis (MBG) yang salah satu tujuannya untuk menurunkan angka stunting bisa terintegrasi dengan puskesmas, fasilitas kesehatan, hingga usaha kesehatan sekolah (UKS).
"MBG ini bagus sekali, tetapi untuk efektivitas alangkah baiknya kalau terintegrasi, dengan UKS misalnya, ada penyakit-penyakit apa yang menyertai siswa, kalau itu dilaksanakan di sekolah," ucap Widjaja.
Sebelumnya, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wihaji membuat Program Gerakan Orang Tua Asuh yang dinilai lebih efektif untuk menurunkan angka stunting.
“Gerakan Orang Tua Asuh cegah stunting untuk satu juta anak di Indonesia kami hadirkan, karena negara tidak bisa mengatasi seluruh permasalahan masyarakat, sehingga butuh orang tua asuh. Jadi (orang tua yang mengasuh) berdasarkan data, setiap orang menangani berapa anak untuk memberikan fasilitas yang memadai,” kata Wihaji.
Ia menyebutkan nantinya orang tua asuh akan memberikan dukungan berupa sanitasi yang bersih hingga makanan bergizi sampai permasalahan stunting menurun, bahkan menuju nol.
Baca juga: Pj Wali Kota Padang apresiasi peran Unand ikut cegah stunting
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024