Yangon (ANTARA) - Di pusat kota Yangon, Myanmar, program pelatihan yang didanai China memberikan keterampilan dan pengetahuan terkini bagi para pelaku profesional bidang pariwisata guna membantu menghidupkan kembali sektor tersebut pascapandemi.

Lin Latt Phyo, seorang mahasiswa pariwisata tingkat akhir di National Management Degree College di Yangon, merupakan salah satu peserta pelatihan operator tur dan operasi perjalanan tersebut.

"Saya mengikuti kursus ini untuk memperluas pengetahuan tentang pariwisata. Di sini, saya belajar tentang strategi pemasaran, pengelolaan destinasi, dan perencanaan perjalanan wisata," ujar dia.

Saat itu, Lin Latt Phyo sedang menyusun makalah penelitian tahun terakhirnya. "Pengetahuan yang diperoleh dari kursus ini akan meningkatkan kemampuan menulis saya," kata Lin.

Kursus tersebut menekankan pada pelestarian destinasi-destinasi pariwisata Myanmar untuk menarik lebih banyak pengunjung internasional. "Pelatihan ini mencakup aspek teoretis maupun praktik," tuturnya.

Program-program dalam pelatihan itu mencakup tujuh kursus, yang meliputi keterampilan digital, pelatihan untuk operator tur dan pemandu wisata, serta keterampilan yang berhubungan dengan perhotelan.

Program-program tersebut didanai oleh China Foundation for Rural Development (CFRD) dan diselenggarakan oleh Federasi Pariwisata Myanmar serta organisasi-organisasi terkait.

Min Soe Thura, seorang pemandu wisata berpengalaman yang fasih berbahasa Inggris, turut mengikuti kursus tersebut. "Pelatihan ini membantu saya memperbarui pengetahuan industri. Kami bahkan melakukan perjalanan sehari ke situs-situs Yangon Heritage Trust," ujarnya.

Menyadari tantangan-tantangan yang ada saat ini, dia berkata, "Industri pariwisata sedang berjuang untuk pulih pascapandemi, dan pelatihan ini memberi kami ide-ide tentang cara meningkatkannya."

Kursus yang diadakan selama 10 hari itu, yang berakhir pada Jumat (22/11), diikuti oleh lebih dari 50 peserta, termasuk mahasiswa bidang pariwisata, pemandu wisata, dan operator tur.

Naing Htoo Aung, pengajar di kursus tersebut yang juga seorang pemandu wisata, mengatakan, "Pelatihan ini bertujuan untuk menyegarkan kembali kemampuan masing-masing individu dalam industri pariwisata."

"Saya mengajarkan praktik-praktik yang bertanggung jawab untuk memastikan keselamatan dan mengurangi dampak lingkungan demi pariwisata yang berkelanjutan. Kurikulum kami dibuat sesuai dengan standar kompetensi ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara)," kata Naing.

Pelatihan tersebut, menurut Naing, membantu mengatasi kesenjangan tenaga kerja yang disebabkan oleh pandemi, di mana banyak profesional pariwisata yang beralih profesi.

"Berkat dukungan finansial dari CFRD, kami dapat menawarkan kursus ini secara gratis. Hal ini sangat bermanfaat bagi para peserta pelatihan," ujar dia.

Pelatihan tersebut juga mengajari para peserta tentang kebudayaan China agar dapat berinteraksi secara lebih baik dengan wisatawan asal China, lanjutnya.

Pariwisata bukan semata-mata tentang keuntungan ekonomi, melainkan juga penguatan pertukaran budaya yang bermakna, ucapnya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024