"Pengembangan teknologi ini hingga menjadi purnarupa dilakukan kurang lebih selama tiga tahun," kata peneliti pada Pusat Penelitian Kimia LIPI, Muhamad Nasir, di Jakarta, Selasa.
Teknologi itu, menurut dia, sangat aplikatif untuk menunjang pembuatan komputer, produk elektronik, kosmetik, pupuk, polimer, sumplemen, hingga ramuan herbal.
Produk nano, Nasir melanjutkan, juga dapat dimanfaatkan untuk filter udara, filter air, separator baterai lithium, serta masker dengan ukuran kurang dari satu mikron.
Dengan teknologi nano yang baru dikembangkan itu, menurut dia, peneliti LIPI sedang mencoba membuat separator baterai lithium, utamanya untuk kepentingan pengembangan mobil listrik.
"Bahan nano fiber bagus dikembangkan untuk separator baterai lithium karena bagus untuk penghantar ion-ion anoda dan katoda sehingga menghasilkan energi listrik," ujar dia.
Purnarupa teknologi electrospinning untuk skala laboratorium yang berhasil dikembangkan dalam tiga tahun ini, menurut dia, menghabiskan dana sekitar Rp1 miliar.
Selama pameran dalam rangkaian Indonesia Nano Summit 2014 yang digelar LIPI bersama Masyarakat Nano Indonesia di JIExpo Kemayoran pada 14-16 Agustus 2014, ia mengatakan beberapa pengusaha menyatakan tertarik dengan teknologi electrospinning tersebut, salah satunya produsen ziolit yang ingin mencoba memasukan nano ziolit ke dalam nanofiber.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014