Surabaya (ANTARA News) - Mudik lebaran adalah tradisi masyarakat Indonesia untuk bersilaturrahmi dan saling memaafkan dengan sanak saudara pada setiap Idul Fitri, karena itu pemudik yang berlebaran dengan berbagai moda transportasi tidak akan pernah berkurang. Peningkatan jumlah pemudik itu sudah diprediksi Unit Patroli Jalan Raya (PJR) Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur bahwa tahun 2006 di Jatim akan ada 5,083 juta kendaraan pemudik, khususnya dengan sepeda motor. "Jumlah kendaraan pemudik pada tahun lalu mencapai 4.908.469 buah dan tahun ini diprediksi naik 3,56 persen menjadi 5,083 juta buah kendaraan," ujar Kasubdit Bin Gakkum Ditlantas Polda Jatim AKBP Drs Ari Subiyanto MSi di Surabaya (8/10). Didampingi Kepala Satuan (Kasat) PJR Ditlantas Polda Jatim Kompol Indra Gautama, ia menjelaskan meningkatnya pemudik itu akan diantisipasi dengan melakukan pengawalan dan pengamanan lainnya, khususnya untuk pemudik bersepeda motor. "Pengawalan akan dilakukan secara estafet untuk tiga arah yakni utara (Tuban), tengah/selatan (Ngawi-Madiun), dan timur (Banyuwangi), karena itu PJR Ditlantas Polda Jatim akan mengerahkan 40 unit PJR induk di tingkat Mapolda Jatim bersama 3-4 unit PJR pada 42 Polres/Polresta se-Jatim," ujarnya. Kepada pengemudi sepeda motor, katanya, pihaknya mengimbau untuk meminta pengawalan dalam rombongan 20 hingga 50 unit sepeda motor, tidak berjalan zig-zag, menggunakan jalur kiri, dan tidak membawa penumpang yang dibonceng lebih dari satu orang, termasuk anak-anak. "Pengemudi sepeda motor juga kami imbau untuk memilih perjalanan pada siang hari dengan kecepatan maksimum 80 km/jam pada siang hari dan 60 km/jam pada malam hari," katanya. Fenomena mudik bersepeda motor itu tampaknya sudah mulai terlihat, di antaranya di Pelabuhan penyeberangan Gilimanuk (Bali) - Ketapang (Banyuwangi) yang mulai dipadati pemudik yang sebagian di antaranya pemudik bersepeda motor. Informasi dari Posko Ketapang, Banyuwangi (20/10) menyebutkan bahwa arus mudik Gilimanuk-Ketapang sebenarnya sudah mulai menunjukkan peningkatan dan jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor hingga Jumat (20/10) sudah mencapai 3.628 unit, sedang kendaraan roda empat berjumlah 3.378 unit. Faktor ekonomi Pemandangan serupa juga terlihat di terminal bus Purabaya, Bungurasih, Surabaya. Pemudik tampak mengalami peningkatan sejak H-7 (17/10), tapi ada kecenderungan tidak sebanyak pemudik di tahun-tahun sebelumnya. "Jumlah pemudik memang naik dibanding hari-hari biasa, tapi jumlahnya justru turun dibanding tahun-tahun sebelumnya," ujar kepala UPTD Terminal Purabaya, Indera Gani, di Surabaya (20/10). Menurut dia, pihaknya memprediksi puncak arus mudik yang akan terjadi pada H-3 (21/10) atau H-2 (22/10) akan mencatat angka tertinggi sekitar 70 ribu pemudik atau meningkat 410 persen lebih dibanding hari-hari biasa yang hanya berkisar 17 ribu penumpang. "Tapi, jumlah puncak arus mudik itu menurun drastis dibanding puncak arus mudik pada tahun 2005 yang mencapai 98 ribu pemudik dan bahkan puncak arus mudik pada tahun 2004 mencapai 133 ribu pemudik," katanya. Ditanya tentang penyebab penurunan pemudik itu, ia menjelaskan hal itu tak lain diakibatkan banyaknya pemudik yang memilih sepeda motor sebagai sarana transportasi yang dinilai murah dan cepat dibanding moda transportasi lainnya. "Tapi, saya kira pilihan mudik dengan sepeda motor itu bukan semata-mata karena mudahnya cara orang memiliki sepeda motor dalam beberapa tahun terakhir, melainkan rendahnya tingkat ekonomi masyarakat yang menjadi penyebab sesungguhnya," ujarnya. Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat itu, katanya, juga terlihat dari meningkatnya minat masyarakat untuk mengikuti mudik gratis atau mudah murah yang digelar pemerintah daerah maupun pihak swasta dalam beberapa tahun terakhir. "Jadi, faktornya bukan hanya karena ada musibah luapan lumpur di Porong, Sidoarjo atau turunnya minta masyarakat kepada moda transportasi seperti bus, kereta api, atau lainnya, melainkan kondisi perekonomian masyarakat yang sedang merosot," kilahnya. Fenomena itu agaknya diwakili Muslih yang mudik bersama isteri dan dua anaknya dari Surabaya ke Malang melintasi Jalan Raya Porong, Sidoarjo. "Sudah empat tahun terakhir, kami selalu mudik dengan sepeda motor, karena lebih cepat sampai dan biayanya juga murah-meriah," ujarnya.(*)
Oleh Edy M Ya`kub
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006