Jakarta (ANTARA News) - Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Din Saymsuddin di Jakarta, Jumat menyatakan relasi antara nasionalisme dan Islam harus dituntaskan agar bangsa ini bisa berjalan lebih baik. "Selain perbaikan relasi Islam dan nasionalisme, ada dua agenda utama lainnya yang sangat krusial, yaitu perbaikan relasi Islam dengan Kristen serta relasi Islam dengan etnis Tionghoa," kata Din pada acara silaturahmi dan buka puasa bersama Presidium Alumni GMNI di Jakarta. Din menilai, bila tidak ada upaya penyelesaian konkrit terhadap tiga lingkaran relasional itu, akan berubah menjadi kerikil-kerikil, bahkan karang yang tajam dimana giliran berikutnya menjadi bom waktu yang menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam cermahan berujudl "Islamisme dan Nasionalisme", Din juga mengkritisi sikap sekelompok orang yang mempertentangkan Islam dan nasionalisme itu. "Islam tidak mungkin menolak prularisme apalagi nasionalisme. Karena hal itu ada dalam ayat-ayat Al-Qur`an, makanya kalau ada Fatwa MUI yang menolak pluralisme, itu salah judul. Saya tidak pernah terlibat membahas hal-hal itu," kata Din yang juga Ketua MUI. Sementara itu, sesepuh alumni GMNI Taufiq Kiemas yang berbicara sebelum Din Syamsuddin tidak dapat menahan haru karena bertemu dengan rekan-rekan seperjuangannya dari Sabang sampai Merauke pada acara ini. Sambil mengusap air mata yang terus mengalir dan dengan suara terbata-bata, Taufiq memohon semua komponen bangsa agar jangan lagi mendikotomikan Islam dan nasionalisme. "Mari kita bangun suasana baru, juga dengan meninggalkan dikotomi pri dan non pri, Islam dan non Islam. Satu lagi yang jangan dilupakan adalah jangan dikotomikan militer dan non militer," kata Taufiq Kiemas. Sedangkan Ketua Dewan Pertimbangan Presidium Persatuan Alumni (PPA) GGMNI Siswono Yudhohusodo menyirtir ucapan Bung Karno bahwa apapun agamanya, sukunya dan warna kulitnya, sebaiknya dia seorang nasionalis tulen. Ketua Dewan Pakar PPA GMNI TB Silalahi, Ketua Alumni Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI) Oka Mahendra, tokoh nasionalis dari agama Budha Mudaya Poo dan Ketua PPA GMNI Palar Batubara juga mendapat kesempatan untuk berbicara pada acara yang diawali Shalat Maghrib di Sekretariat PPA GMNI JL Cikini Raya Jakarta Pusat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006