Pantauan tim komunikasi dan informasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkomdigi), Minggu yang berada di Desa Ile Gerong menunjukkan bahwa kolom abu vulkanik berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal mengarah ke barat.
Baca juga: Kapolres Flores Timur pastikan keamanan korban erupsi Lewotobi terjaga
Baca juga: Pemerintah fokus pada penanganan pascabencana erupsi Gunung Lewotobi
Hingga berita ini disusun, erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki masih berlangsung. Oleh karena itu, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki, serta wisatawan yang berada di daerah tersebut, tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 7 km dari pusat erupsi, demikian keterangan resmi Kemkomdigi yang diterima di Jakarta, Minggu.
Warga juga diminta untuk menghindari sektor dengan arah Barat Daya hingga Barat Laut sejauh 8 km. Masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki juga perlu mewaspadai potensi terjadinya banjir lahar hujan, terutama pada sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung.
Jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, potensi bencana ini dapat meningkat. Bagi warga yang terdampak hujan abu, disarankan untuk memakai masker atau penutup hidung dan mulut guna melindungi sistem pernapasan dari bahaya abu vulkanik yang dapat
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Flores Timur Heronimus Lamawuran menyatakan Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur terus berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Desa Pululera, Wulanggitang, Flores Timur, serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung untuk pemantauan lebih lanjut.
"Selain itu, PVMBG juga berkoordinasi dengan BPBD Provinsi NTT dan Satlak PB setempat dalam memberikan informasi terbaru mengenai aktivitas gunung berapi ini, kami mengimbau masyarakat
Hingga 23 November 2024 pukul 20:00 WITA, tercatat total korban terdampak akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki mencapai 13.240 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.607 jiwa berada di pos lapangan (poslap) pengungsian yang tersebar di enam lokasi, sementara 7.363 jiwa mengungsi secara mandiri di rumah keluarga atau kerabat.
Sejak erupsi pertama kali pada 4 November 2024, jumlah korban meninggal dunia akibat bencana tersebut mencapai sembilan orang, dengan lainnya mengalami luka-luka dan dirawat di RSUD Larantuka, Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: Sekolah terdampak erupsi Lewotobi terima bantuan dari Kemendikdasmen
Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024