Baghdad (ANTARA News) - Serangan mortir telah menewaskan lima pengungsi Palestina dan melukai 11 orang lagi di Baghdad yang dicabik-perang, pejabat Irak dan PBB mengatakan, Jumat. Seorang pejabat pertahanan Irak memastikan korban tewas dalam serangan itu, yang mana beberapa rentetan mortir menghantam masyarakat Palestina di distrik Baladiyat di Baghdad timur, Kamis malam. "Satu tim medis telah menuju ke kompleks itu untuk mengevakuasi orang yang terluka tapi ditahan oleh sejumlah pria bersenjata di dalam kompleks Palestina tersebut," kata Letnan Ali Mohsen dari kepolisian Baghdad. "Ketika polisi diberi tahu, mereka masuk ke dalam kompleks itu dan membebaskan tim tersebut," ia menambahkan, berlawanan dengan laporan dari Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi bahwa mobil ambulans itu telah kembali karena sejumah pria bersenjata bermusuhan dengan masyarakat Palestina. Jurubicara UNHCR Ron Redmond mengecam serangan itu, dan memperingatkan hal tersebut hanya akan meningkatkan jumlah warga Palestina yang kini tersisa sebanyak 20.000 orang di Irak ke negara-negara yang perbatasannya telah ditutup. "Telah ada peringatan sebelumnya oleh milisi bahwa orang Palestina akan meninggalkan lingkungan permukiman itu," katanya. "Daerah Baladiyat digunakan untuk menampung sebanyak 8.000 warga Palestina. Laporan oleh sumber Palestina sekarang mengatakan bahwa ada sekitar 4.000 orang yang masih berada di tempat itu. "Dengan insiden terakhir ini, sekarang sangat mungkin bahwa kita akan melihat lebih banyak lagi warga Palestina yang akan berusaha pergi menuju negara-negara sekeliling (Irak), utamanya Suriah dan Jordania," katanya pada wartawan di Jenewa. "Ini mengkhawatirkan kami karena kedua negara itu telah menutup perbatasan mereka bagi warga Palestina. Telah ada sebanyak 340 orang Palestina Irak di tanah tak bertuan Suriah-Irak yang berharap masuk Suriah," ia menambahkan. "Kami minta dengan sangat pada negara tetangga untuk membiarkan perbatasan mereka terbuka bagi pengungsi Palestina dari Irak." Pengungsi Palestina penduduk Irak, yang terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam beberapa dasawarsa sebelumnya akibat pertempuran dengan pasukan Israel, menikmati hak khusus di bawah rezim Saddam Hussein yang didominasi-Sunni yang telah jatuh dan sekarang dibenci oleh anggota milisi Syiah Irak, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006