Kab. Pelalawan, Riau (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mendorong pemanfaatan gas metana yang dihasilkan dari limbah cair sisa produksi industri sawit untuk mendukung pencapaian target iklim sekaligus skema perdagangan karbon.
Dalam kunjungan ke sebuah korporasi sawit di Kabupaten Pelalawan, Riau, Sabtu, Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq mengatakan praktik baik pemanfaatan gas metana dari limbah sawit termasuk untuk listrik memberikan dampak yang cukup besar.
Baca juga: Pemanfaatan limbah cair sawit jadi listrik bisa reduksi emisi metana
"Metana di tempat kita dari produksi kelapa sawit relatif cukup tinggi. Berdasarkan kajian dari sekitar 500 pabrik crude palm oil kita memproduksi hampir 900 ribu ton metana kalau kita konversi menjadi karbon dioksida ekuivalen hampir sekitar 36 juta ton CO2," ujar Hanif Faisol Nurofiq.
Pemanfaatan itu dibutuhkan, karena metana yang dihasilkan oleh limbah organik memiliki dampak yang lebih berbahaya dibandingkan karbon dioksida, dengan potensi pemanasan global 25 kali lebih besar. Pemanfaatan bisa dilakukan untuk menghasilkan energi listrik atau bahan bakar.
Jika potensi itu bisa dimanfaatkan, lanjutnya, mampu mendukung pencapaian iklim Indonesia sekaligus meningkatkan reputasinya di tingkat internasional.
Baca juga: Indonesia garap proyek biometana dari limbah pabrik kelapa sawit
Baca juga: TEA: Pemanfaatan limbah sawit untuk bioetanol lebih ramah lingkungan
Dia menyebut pihaknya tengah menyiapkan skema pemanfaatan tersebut, termasuk keberadaan insentif dan disinsentif. Terdapat juga faktor lain dalam mendorong skema tersebut, termasuk keberagaman kemampuan korporasi sawit. Direncanakan penyusunan peta jalan untuk memastikan implementasinya.
Pemanfaatannya juga akan mendukung perdagangan karbon yang tengah didorong pemerintah.
"Ini tentu perlu ada akselerasi, ada layer yang skemanya agak berbeda di setiap layer-nya. Ini sedang kita susun bersama," kata Hanif Faisol Nurofiq.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024