PBB (ANTARA) - Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebut tahun 2024 menjadi tahun terburuk dalam catatan kematian pekerja kemanusiaan, dengan 281 kematian dilaporkan di seluruh dunia, .

"Jumlah pekerja kemanusiaan yang tewas meningkat ke rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya, keberanian dan kepedulian mereka dibalas dengan peluru dan bom," ujar Tom Fletcher, under-secretary-general PBB untuk urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat, Jumat (22/11).

"Kekerasan ini sungguh keterlaluan dan merongrong operasi bantuan. Negara-dan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik harus melindungi pekerja kemanusiaan, menegakkan hukum internasional, mengadili mereka yang bertanggung jawab, dan mengakhiri era impunitas ini." katanya menambahkan.

OCHA mengatakan bahwa rekor kematian juga terjadi pada 2023, dengan 280 pekerja dilaporkan tewas di 33 negara.

Stephane Dujarric, kepala juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menyayangkan jumlah kematian yang melampaui rekor tahun lalu, "padahal ini bahkan belum memasuki Desember."

OCHA mengatakan bahwa lebih dari 320 personel kemanusiaan yang tewas di Gaza sejak 7 Oktober 2023, mendongkrak jumlah kematian pekerja kemanusiaan secara global.

Banyak dari mereka tewas saat menjalankan tugas kemanusiaan, dan sebagian besar merupakan anggota staf Badan Bantuan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah, atau yang dikenal sebagai UNRWA.

Orang-orang mengantre untuk membeli makanan di sebuah toko roti di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan, pada 18 November 2024. Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengatakan banyak toko roti yang didukung PBB beroperasi dengan kapasitas rendah karena sangat kekurangan tepung sebagai bahan bakunya. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

OCHA mengatakan bahwa sebagian besar pekerja kemanusiaan yang tewas di seluruh dunia tahun ini merupakan anggota staf lokal yang bekerja untuk organisasi nonpemerintah, badan-badan PBB, dan gerakan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.

Tingginya tingkat kekerasan, penculikan, pencederaan, pelecehan, dan penahanan sewenang-wenang terhadap pekerja kemanusiaan telah dilaporkan di berbagai negara, termasuk di antaranya di Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, Sudan Selatan, Sudan, Ukraina, dan Yaman.

OCHA mengatakan kekerasan terhadap para pekerja kemanusiaan merupakan bagian dari meluasnya tren peningkatan korban sipil di zona konflik. Tahun lalu, lebih dari 33.000 kematian warga sipil tercatat di 14 zona konflik bersenjata, meningkat 72 persen dari catatan tahun 2022.

Terlepas dari berbagai bahaya yang ada, OCHA mengatakan bahwa organisasi-organisasi bantuan terus memberikan bantuan penting, dan menjangkau hampir 144 juta orang yang membutuhkan pada tahun lalu. Organisasi-organisasi tersebut membantu lebih dari 116 juta orang di seluruh dunia.

OCHA mengingatkan bahwa Dewan Keamanan PBB pada Mei lalu mengadopsi Resolusi 2730 sebagai respons atas meningkatnya kekerasan dan ancaman terhadap para pekerja kemanusiaan.

Resolusi tersebut memberikan mandat kepada sekretaris jenderal PBB untuk merekomendasikan langkah-langkah untuk mencegah dan merespons insiden-insiden semacam itu, meningkatkan akuntabilitas, serta memperkuat perlindungan terhadap personel dan aset-aset kemanusiaan.

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024