Upaya untuk menghambat pengiriman bantuan Rusia ke wilayah yang memerlukan pertolongan adalah sumber keprihatinan kami yang mendalam
Moskow (ANTARA News) - Kementerian Pertahanan Rusia pada Jumat (15/8) membantah tuduhan "penghancuran rombongan militer Rusia" oleh militer Ukraina.
"Tak ada rombongan militer Rusia yang diduga menyeberangi perbatasan Rusia-Ukraina pada malam hari atau pada siang hari," kata kantor berita Itar-Tass, yang mengutip keterangan juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konsashenkov.
Disesalkan bahwa laporan "palsu" media di jejaring sosial, bukan fakta, telah menjadi dasar pernyataan yang dikeluarkan di tingkat yang lebih tinggi di beberapa negara Eropa dan "mereka telah memilih jalur Eropa", kata Konashenkov.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan selama percakapan telepon dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron bahwa satuan artileri Ukraina menghancurkan sebagian rombongan kendaraan militer berat yang menyeberang ke dalam wilayah Ukraina dan Rusia pada Jumat dini hari, kata kantor berita Interfax.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri Rusia pada Jumat memperingatkan mengenai upaya baru untuk menyabot pengiriman barang ke daerah konflik di Ukraina Timur.
"Upaya untuk menghambat pengiriman bantuan Rusia ke wilayah yang memerlukan pertolongan adalah sumber keprihatinan kami yang mendalam. Aksi kemanusiaan tersebut telah memasuki tahap akhirnya," kata kementerian itu di dalam satu pernyataan, sebagaimana dilaporkan Xinhua, Sabtu pagi. Ditambahkannya, Kiev telah mengkoordinasikan hampir semua masalah penting misi bantuan kemanusiaan tersebut.
Kementerian itu menambahkan militer Ukraina telah meningkatkan aksi permusuhan militer dengan tujuan jelas memotong jalur yang disetujui Kiev bagi rombongan bantuan Rusia tersebut dari perbatasan Rusia-Ukraina ke Lugansk.
"Menurut laporan yang masuk, satu batalion penghukum berencana memasang ranjau di beberapa bagian terpisah jalan raya di Wilayah Lugansk untuk menghancurkan barang bantuan dan personel yang menyertainya lalu menuduh milisi melakukan kegiatan teror," kata kementerian tersebut, yang dikutip Itar-Tass.
(Uu.C003)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014