... mendaur-ulang sampah plastik menjadi bahan dasar aneka macam aksesoris dan tas wanita yang estetik, dan memiliki nilai jual tinggi... "
Surabaya (ANTARA News) - Tim mahasiswa ITS Surabaya merancang tas dari olahan (daur ulang) sampah kantong plastik yang dinamakan "Butik" atau singkatan dari "buntelan" (bungkusan) plastik.
"Sampah plastik merupakan masalah yang sering dijumpai, karena Indonesia tercatat sebagai pemakai 100 miliar plastik per tahun," kata anggota tim "Butik" ITS, M Ainun Indra, di Surabaya, Jumat.
Selain Ainun dari Jurusan Teknik Material dan Metalurgi pada Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITS, Tim "Butik" juga melibatkan tiga mahasiswa lainnya dari jurusan yang berbeda.
Ketiganya adalah Elok Dian Karisma Pagri Anisa dari Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) ITS; Roni Vayayang dari Teknik Elektro FTI ITS; dan Arifa Tantri Wijayanti dari Desain Interior FTSP ITS.
Didampingi ketiga rekannya, Ainun menjelaskan salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah plastik adalah melakukan daur ulang menjadi sesuatu yang berharga dan menghasilkan uang.
"Karena itu, kami mendaur-ulang sampah plastik menjadi bahan dasar aneka macam aksesoris dan tas wanita yang estetik, dan memiliki nilai jual tinggi," ucapnya.
Berangkat dari hal itu, inovasi pembuatan aksesoris dan tas wanita pun muncul. "Bahan yang dibutuhkan antara lain plastik kresek, kain tisu, kain furing, bahan tas, resleting, dan benang jahit, lalu semuanya dibuatkan berbagai macam desain dan dijahit," paparnya.
Menurut dia, keunggulan tas "Butik" adalah unik, ramah lingkungan, jumlah barang terbatas, dan harganya terjangkau yakni Rp15.000 hingga Rp80.000, sedangkan produk lain bisa mencapai Rp100.000 hingga Rp500.000.
"Konsumen juga bisa menginginkan desain tertentu sesuai keinginannya atau desain khusus, lalu Tim BUTIK akan mendesain tas yang benar-benar unik dan khusus mereka," tuturnya.
Terkait potensi pemasarannya, ia menilai cukup bagus, karena produk awal Tim BUTIK bisa laku 40 produk berupa tas wanita, dompet STNK dan bros. "Konsumen dari produk BUTIK meliputi remaja dan orang tua, bahkan ada pesanan dari Jepang," ujarnya.
Hal itu, katanya, tidak terleoas dari berbagai cara pemasaran yang dilakukan, mulai poster, "X banner", kartu nama, katalog produk, facebook, twitter, hingga iklan online (kaskus, olx).
Selain itu, pihaknya juga melakukan pemasaran langsung, seperti di Kampus ITS Surabaya, Gedung Graha ITS Expo, Bank Sampah Karya Mandiri Jombang, Pasar Malam Minggu Jalan Pakuwon City Surabaya, dan hari bebas kendaraan Taman Bungkul Surabaya.
Pewarta: Edy M Ya'kub
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014