Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VIII DPR RI M Husni menilai pemerintah perlu melakukan mitigasi berbasis penelitian yang mendalam untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologis, seperti banjir, longsor, dan angin kencang.
"Jangan setiap kali terjadi longsor atau pergeseran tanah, kita hanya turun untuk memberikan bantuan. Pekerjaan seperti itu hanya akan mengulang pola yang sama. Penelitian yang mendalam harus dilakukan agar tingkat kerusakan dan kerugian akibat bencana alam dapat diminimalkan,” ujar Husni dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Sejauh ini, sejumlah penelitian mendalam sebagai langkah mitigasi bencana telah dilakukan di antaranya oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dari penelitiannya, BRIN berhasil mengenalkan teknologi sistem informasi pendeteksi tanah, yakni Transient Rainfall Infiltration and Grid-Based Regional Slope-Stability (TRIGRS) sebagai upaya dalam mengurangi risiko bencana tanah longsor.
TRIGRS merupakan sebuah aplikasi untuk mengetahui parameter yang memengaruhi kestabilan lereng sehingga datanya dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kerentanan tanah di suatu daerah. TRIGRS dapat digunakan dalam memprediksi kestabilan lereng akibat hujan pada area rawan longsor.
Berikutnya, Husni menekankan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah-wilayah rawan bencana juga harus memperkuat koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terutama mengingat saat ini telah memasuki musim penghujan yang berpotensi meningkatkan risiko bencana hidrometeorologis.
“BNPB telah bergerak cepat dalam menangani bencana. Namun, perlu diingat, faktor penyebab kerusakan tidak hanya berasal dari alam, tetapi juga dari aktivitas manusia. Oleh karena itu, masyarakat juga harus lebih patuh dalam menjalankan mitigasi bencana,” kata Husni.
Ia berharap pemerintah pusat dan daerah dapat terus meningkatkan upaya mitigasi bencana, termasuk melalui edukasi masyarakat, pembangunan infrastruktur penanggulangan bencana, serta penerapan kebijakan yang berbasis data dan riset.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun telah memperkirakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan dengan intensitas antara 1.000 hingga 5.000 mm per tahun sepanjang 2025, yang dimulai pada November 2024.
Baca juga: Badai 96S diperkirakan masih bertahan di RI dalam 72 jam ke depan
Baca juga: RI berpotensi dilanda cuaca ekstrem fenomena MJO sampai 25 November
Baca juga: BNPB: Sejumlah daerah bersiaga antisipasi bencana hidrometeorologi
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024