Kondisi ini memperparah risiko banjir, terutama karena beberapa wilayah seperti Muara Baru di Jakarta telah berada 2,4 meter di bawah permukaan laut
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dorong pemanfaatan data satelit dan kecerdasan buatan atau Artifical Intelligence (AI) dalam upaya penanganan dan pencegahan bencana di Indonesia.
Peneliti Pusat Riset Geoinformatika BRIN Joko Widodo menggarisbawahi pentingnya data satelit dalam mendukung pemantauan kondisi geospasial. pihaknya memiliki pengalaman memantau kondisi penurunan tanah di Tangerang, Jakarta, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Semarang, dan Demak.
"Ini adalah alasan utama, mungkin kami dapat mengusulkan daerah ini sebagai proyek percontohan proyek AI," kata Joko dalam keterangannya di Jakarta pada Kamis.
Menurut Joko, penggunaan AI mampu meningkatkan analisis data untuk mengidentifikasi pola penurunan tanah dan risiko bencana dengan cepat. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, menunjukkan bahwa banjir di Jakarta memiliki korelasi erat dengan penurunan tanah.
Baca juga: BRIN deteksi kerentanan longsor melalui citra satelit
Maka dari itu, Joko menegaskan bahwa lokasi menjadi faktor utama dalam penanganan bencana, terutama di wilayah-wilayah rawan seperti pantai utara Jawa, termasuk Jakarta, Pekalongan, Semarang, dan Demak.
Dia mengingatkan penurunan tanah, terutama di Jakarta dan Pekalongan, mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan angka mencapai 10 sentimeter per tahun.
"Kondisi ini memperparah risiko banjir, terutama karena beberapa wilayah seperti Muara Baru di Jakarta telah berada 2,4 meter di bawah permukaan laut," ujar dia.
Oleh karena itu pihaknya mengusulkan proyek percontohan pemanfaatan AI Float Indonesia untuk wilayah prioritas Jakarta dan pantai utara (pantura) Jawa, sebagai upaya penanganan penurunan muka tanah dan juga banjir di wilayah pantura.
Proyek ini akan menggunakan data satelit resolusi tinggi, analisis berbasis AI, serta kolaborasi antara institusi lokal seperti BRIN, Kementerian PUPR, BNPB, dan pemerintah daerah dengan lembaga internasional seperti UN ESCAP.
Baca juga: BRIN garap proyek satelit konstelasi nasional demi kemandirian data
Untuk mendukung proyek ini, BRIN juga berencana meluncurkan Satelit Konstelasi Nusantara, yang mencakup empat satelit beresolusi tinggi dan Radar Aperture Sintetis (RAS).
Selain itu Program Geoinformatika Multi Input Multi Output (Geo-MIMO) akan digunakan sebagai platform nasional untuk memantau data geospasial secara real-time.
Untuk memastikan keberlanjutan, kata dia, proyek ini direncanakan mendapatkan pendanaan multi-sumber, termasuk dari program riset tahunan BRIN dan kerja sama dengan kementerian terkait. Kolaborasi internasional diharapkan dapat memperluas cakupan proyek dan memperkuat teknologi yang digunakan.
"Melalui kerja sama ini kita dapat belajar bersama dan menghasilkan inovasi yang bermanfaat tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi dunia," ucap Joko.
Baca juga: BRIN bangun data geoinfomasi untuk bantu mewujudkan ketahanan pangan
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024