"Kedutaan Besar RI di Mesir sementara membantu pengurusan visanya. Sementara kementerian luar negeri telah mengeluarkan nota diplomatik. Mudah-mudahan secepatnya visanya dikeluarkan sehingga tenaga dan bantuan medis segera dikirimkan," kata Pardian.
Dia mengatakan, rombongan yang akan berangkat Gaza terdiri dari dokter ortopedi, ginekologi, pediatri, pakar penyakit dalam, obat bius, kesehatan masyarakat serta asisten medis.
"Mudah-mudahan saja keterlambatan penerbitan visa hanya terkendala faktor keamanan. Nah, kami menyerahkan sepenuhnya kepada Kedutaan Besar Indonesia di Mesir untuk membantunya," katanya.
Sementara itu, Manajer Program Palestina BSMI, Syekh Abdul Kodir mengatakan, kendala itu muncul setelah Pemerintahan Mesir mengeluarkan peraturan baru terkait proses pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina.
Dia menjelaskan, sebelum tahun 2014, bantuan dapat langsung dikirim ke Rafah, Mesir, tanpa harus transit, namun saat ini pemerintah setempat memberlakukan kebijakan bahwa setiap bantuan ke Gaza harus singgah di Port Said dan Bandara Fayed-Ismaiiliyah.
Selain itu, ia menambahkan, juga wajib disertakan surat pengantar dari Bulan Sabit Merah Mesir untuk penjemputan dan pengantaran bantuan ke Rafah, surat dari Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah untuk tim dan bantuan medis, serta pengaturan pengemasan bantuan.
Oleh karena itu, kata dia, BSMI mengharapkan kementerian luar negeri mendorong Kedutaan Besar Mesir memprioritaskan penerbitan visa tim medis, memfasilitasi tim kemanusiaan, serta memperkenankan bantuan obat-obatan dan alat kesehatan melewati Bandara Kairo dan perbatasan Rafah.
Sejak berdiri tahun 2002, BSMI telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Irak, Suriah, Lebanon, Filipina, Myanmar, Pakistan serta beberapa daerah yang terkena bencana di Indonesia.
(G003/E001)
Pewarta: Karel A Polakitan
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014