Yogyakarta (ANTARA News) - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengkaji kembali kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan pada zaman Peradaban Medang, untuk menginspirasi kemajuan Indonesia di masa depan.


"Pencapaian teknologi Peradaban Medang berwujud bangunan candi-candi yang megah seperti candi Borobudur, Prambanan seharusnya menjadi inspirasi dan kepercayaan diri generasi muda menghadapi tantangan perkembangan teknologi," kata Staf Ahli Menristek, Idwan Suhardi, saat menghadiri seminar "Sejarah dan Peradaban Medang, Aspek Perkembangan Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Nusantara", di UGM Yogyakarta, Rabu.


Idwan menilai keunggulan warisan budaya sebagai jati diri bangsa harus memperkuat ketahanan Nusantara dalam era globalisasi.


Seminar itu turut dihadiri budayawan Jaya Suprana, Ketua Masyarakat Pecinta Warisan Medang Budiono Santoso, Arkeolog UGM Riboet Darmosutopo.


Sementara Ketua Masyarakat Pecinta Warisan Medang, Budiono Santoso, menjelaskan Medang merupakan sebutan untuk kerajaan yang secara umum lebih dikenal dengan sebutan Mataram Kuna. Kerajaan yang berjaya pada sekitar kurun abad VII--X Masehi tersebut merupakan cikal bakal kerajaan-kerajaan besar di Jawa seperti Janggala-Panjalu, Kediri, Singasari, dan akhirnya Majapahit.

"Ribuan candi dan hasil budaya bendawi lain yang dihasilkan bukanlah semata-mata monumen kejayaan masa lalu, melainkan merupakan pencapaian di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, tata negara, perekonomian, seni hingga agama," kata dia.

Kemajuan teknologi pada zaman Peradaban Medang, menurut dia, menunjukkan bahwa nenek moyang Indonesia memiliki pengetahuan yang rasional, matematis, dan terukur. Capaian-capaian itu menunjukkan bahwa mereka sangat rasional bukan mistis seperti banyak anggapan masyarakat saat ini.

Menurut dia masih belum banyak kekayaan Peradaban Medang yang mampu digali oleh para sejarawan maupun aerkeolog hingga saat ini.

"Sejauh ini kami rasa baru 10--20 persen yang tergali. Oleh karena itu sudah selayaknya digali, dikaji agar dapat diaktualisasikan untuk kepentingan masa kini," kata dia.

Para sejarawan, maupun arkeolog, menurut dia, juga masih perlu menggali lebih jauh mengenai sistem pendidikan maupun sistem perekonomian pada saat itu.

"Karena tidak mungkin tanpa sistem pendidikan yang baik mampu mencetuskan arsitektur dan teknologi tinggi untuk membangun candi-candi megah. Mereka juga pasti memiliki kedisiplinan tinggi, kaya, dan makmur," kata dia. (*)

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014