... Indonesia diperkirakan masih dapat menahan tantangan ke depan... "

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore melemah tujuh poin menjadi Rp11.690 dibandingkan sebelumnya Rp11.683 per dolar Amerika Serikat.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, mengatakan, terkoreksinya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat itu disebabkan aksi tunggu pelaku pasar uang terhadap arah kebijakan Bank Indonesia.

"Besok (Kamis, 14/8), sedianya BI akan mengumumkan arah kebijakan moneternya, salah satu yang ditunggu yakni tingkat suku bunga (BI rate)," ujarnya.

Menurut dia, pelaku pasar uang mengharapkan BI rate tetap dipertahankan di level 7,5 persen. Level BI rate itu dinilai masih dapat menjaga kestabilan perekonomian domestik.

"Meski perekonomian Indonesia melambat, namun Indonesia diperkirakan masih dapat menahan tantangan ke depan, seperti rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed rate) dan konflik geopolitik di Timur Tengah dan Ukraina," katanya.

Di sisi lain, lanjut Rully Nova, masih masuknya dana asing ke pasar keuangan domestik menahan koreksi mata uang rupiah lebih dalam. Rupiah masih berpeluang untuk kembali menguat.

"Ekspektasi investor asing terhadap pemerintahan baru cukup tinggi, diharapkan ada reformasi kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi domestik," ucapnya.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu ini (13/8), tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp11.683 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.677 per dolar Amerika Serikat.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014