Jakarta (ANTARA) - Ketua Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (Perdoki) Astrid B Sulistomo mengatakan virus demam berdarah dengue (DBD) masih terus mengancam masyarakat Indonesia, dengan terus bertambahnya jumlah penderita DBD di tanah air.
“DBD di Indonesia itu pernah mencapai puncaknya di 2016. Namun, pada saat 2017-2018 mulai mengalami penurunan. Tapi sayangnya tren tersebut tidak bertahan, hingga saat ini kasus DBD justru meningkat kembali,” kata Astrid B Sulistomo di Jakarta, Kamis.
DBD ini merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja tanpa pandang usia, jenis kelamin bahkan status sosial masyarakat. Sehingga, jika tidak ditindak lebih lanjut, kasus DBD di Indonesia dapat terus berkembang.
Terlebih saat ini sudah mulai memasuki musim hujan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Ketika masuk musim hujan, menurut dia, peningkatan angka terserang penyakit DBD ini biasa terus bertambah.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah sudah sejak dahulu telah melakukan berbagai cara untuk menghentikan peningkatan kasus DBD di seluruh Indonesia dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menyebar Nyamuk Wolbachia.
Nyamuk itu sendiri merupakan salah satu inovasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kasus DBD di Indonesia. Nyamuk Wolbachia dihasilkan dengan cara memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti jantan dan betina. Nyamuk-nyamuk ini kemudian diproduksi secara massal di pabrik
Meski begitu, dia mengatakan hal tersebut belum memberikan hasil yang cukup maksimal dan hanya di beberapa kota saja yang berhasil menurunkan angka kasus DBD.
“Salah satu wilayah di dekat Yogyakarta berhasil menekan penyebaran DBD dengan metode ini. Namun, di daerah lain hasilnya kurang efektif, meskipun tidak menyebabkan peningkatan kasus. Penyebabnya belum jelas, mungkin karena perbedaan jenis virus, cara pelaksanaan, atau faktor lainnya,” ucap dia.
Penyebaran nyamuk tersebut udah dilakukan di berbagai kota seperti di Yogyakarta, Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (NTT).
Untuk diketahui bersama, kasus kematian akibat penyakit yang disebabkan oleh nyamuk ini mencapai lebih dari 1.000 kasus. Hingga pekan ke-38 di tahun 2024, kasus ini sudah menyerang 1.200 jiwa.
Baca juga: Tren kasus DBD di Jakarta Barat terus menurun
Baca juga: Nyamuk ber-Wolbachia dapat kurangi peningkatan bahaya sampai 30 tahun
Baca juga: Pemprov DKI luncurkan program nyamuk Wolbachia untuk tanggulangi DBD
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024