Jakarta (ANTARA) - Pakar Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut wacana penggunaan posyandu untuk fasilitator program makan bergizi gratis bagi ibu hamil, ibu menyusui, balita, remaja putri dan calon pengantin memerlukan manajemen yang matang.
“Kalau akan di posyandu dan pos pembinaan terpadu (posbindu) untuk program makan bergizi gratis, maka jelas perlu manajemen yang matang 5M (Man - sumber daya manusia, Money - pendanaan, Material - materi, Method - metode dan Monitoring - pengawasan) yang ketat,” katanya saat dihubungi melalui pesan singkat di Jakarta, Kamis.
Menurut Prof Tjandra Yoga, Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020, penggunaan posyandu atau posbindu untuk makan bergizi gratis membawa dampak positif karena memang menjadi tempat yang biasa dikunjungi ibu hamil, ibu menyusui, remaja putri, balita, hingga calon pengantin, tetapi ada beberapa tantangan proses kesehatan yang mesti menjadi perhatian.
“Tantangannya adalah harus mampu menjamin proses kesehatan dari penyajian makanan, apalagi kalau setiap hari dan di berbagai pelosok Nusantara,” ucapnya.
Tjandra juga menegaskan bahwa penentuan lokasi pemberian makanan, baik itu di sekolah, posyandu, maupun tempat-tempat lainnya harus menjamin proses dari lahan pertanian ke piring atau from farm to plate, termasuk prinsip kebersihan atau higiene, sanitasi, hingga seluruh prosesnya.
Sebelumnya, Staf Ahli Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Ikeu Tanziha menyatakan program makan bergizi gratis mulai efektif pada Januari 2025 meskipun akan dijalankan secara bertahap, menyesuaikan unit pelayanan-unit pelayanan yang telah sepenuhnya siap.
Mengingat anggaran belum sepenuhnya turun, Ikeu mengatakan bahwa BGN membentuk unit pelayanan secara bertahap, terutama di daerah-daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi atau di daerah yang menjadi fokus untuk penurunan stunting.
Dengan begitu, tiga kelompok sasaran selain anak sekolah, yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, dapat dijangkau dalam program makan bergizi gratis pada tahap pertama pelaksanaan.
“Kita upayakan titik unit pelayanan itu di daerah yang kemiskinannya tinggi atau di lokus stunting, sehingga di situ kan banyak ibu hamil, ibu menyusui, balita. Ibu hamil yang kekurangan gizi atau balita menjadi prioritas kita kan. Tapi, tentu saja kalau misalnya di situ ada ibu hamil yang tidak kekurangan gizi pun, asal di sekitar unit pelayanan, itu juga diberi makanan,” kata Ikeu.
Baca juga: Peneliti sarankan Program Makan Bergizi Gratis hindari mikroplastik
Baca juga: BSN bina UMKM terkait mutu keamanan pangan dukung Makan Bergizi Gratis
Baca juga: Mendikdasmen keluarkan edaran perkuat muatan Makan Bergizi Gratis
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024