Berlin (ANTARA) - Produsen otomotif Amerika Serikat (AS) Ford pada Rabu (20/11) mengumumkan rencananya untuk memangkas 4.000 pekerjaan di Eropa hingga akhir 2027.
Langkah ini diambil dalam upaya menciptakan struktur yang lebih bersaing dalam segi biaya serta memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis secara jangka panjang di Eropa.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang direncanakan terutama akan berdampak pada operasional di Jerman, serta di Inggris, dengan sedikit pemangkasan di pasar Eropa lainnya, kata Ford dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa perusahaan itu akan berkonsultasi dengan mitra sosial Eropa mengenai rencana PHK yang tertunda.
Ford juga berencana untuk lebih lanjut mengurangi jam kerja di pabriknya di Cologne pada kuartal pertama (Q1) 2025 "karena situasi ekonomi yang lemah dan permintaan akan mobil listrik yang lebih rendah dari perkiraan."
Pekan lalu, pabrik Ford di Cologne mengumumkan pengurangan produksi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan jam kerja karena lesunya permintaan EV di pasar Eropa, khususnya di Jerman. Sekitar 2.000 pekerja saat ini terdampak oleh kebijakan pengurangan jam kerja.
"Sangat penting untuk mengambil langkah yang sulit namun menentukan guna memastikan daya saing Ford di masa depan di Eropa," kata Wakil Presiden untuk Transformasi dan Kemitraan Ford Eropa Dave Johnston dalam pernyataan itu.
Menurut kantor berita German Press Agency (DPA), Ford berencana untuk memangkas 2.900 pekerjaan di Jerman, 800 di Inggris, dan 300 di negara Uni Eropa (UE) lainnya.
Kepala Dewan Kerja Ford Jerman Benjamin Gruschka mengatakan pihak karyawan akan "menentang keras" PHK tersebut. Dia menegaskan bahwa perjanjian kerja yang ada melarang PHK karena alasan operasional hingga 2032.
Kesulitan yang dihadapi Ford mencerminkan tantangan yang lebih luas di sektor otomotif Jerman di tengah transisi menuju elektrifikasi. Dalam beberapa bulan terakhir, pabrikan mobil dan pemasok di perekonomian terbesar di Eropa ini telah berulang kali mengumumkan PHK berskala besar, yang masing-masing berdampak pada ribuan pekerjaan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2024