Surabaya (ANTARA) - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Nezar Patria menyatakan wacana berisi sentimen mendominasi konten-konten media online dalam dua tahun terakhir dibandingkan konten berisi argumen yang membangun.
“Cukup menarik karena dibandingkan 10 tahun lalu, wacana yang argumentatif lebih sedikit dibanding dua tahun belakangan ini yang lebih sentimen dalam membicarakan kebijakan-kebijakan. Ini saya kira bahan refleksi yang penting,” katanya dalam Pelantikan Pengurus AMSI Jatim Periode 2024-2028 di Surabaya, Rabu.
Nezar Patria bercerita saat ini dirinya sedang melakukan penelitian terhadap enam media online untuk jenjang S3 yang ia ambil, yaitu mengenai bagaimana mediatisasi wacana yang mereka bentuk dalam kebijakan naiknya harga BBM.
Baca juga: Wamenkomdigi: Restrukturisasi organisasi untuk akomodasi aspek digital
Baca juga: Minat investor tinggi bukti sektor digital Indonesia potensial
Dalam penelitian itu, terdapat fakta yang menarik yaitu ternyata dua tahun terakhir ini media online lebih banyak memproduksi wahana berisi sentimen dibandingkan argumen termasuk terhadap berbagai kebijakan pemerintah.
Menurut Nezar Patria, hal tersebut sangat bertolak belakang apabila dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu yakni masih banyak wacana atau konten yang berisi argumen-argumen membangun.
Padahal, ia menuturkan wacana atau konten berisi sentimen tidak bisa dipakai sebagai pedoman bagi masyarakat dalam mengambil suatu keputusan yang tepat mengingat konten tersebut bersifat bias atau didasari dengan aspek suka dan tidak suka.
“Dengan sentimen kita tidak bisa mengambil satu keputusan yang clear karena dia diwarnai suka tidak suka dan bias yang cukup besar,” katanya.
Bahkan, Nezar Patria mengungkapkan wacana berisi sentimen ini banyak terjadi pada berbagai media massa besar yang bermigrasi ke ranah digital.
Ia mengatakan media besar yang bermigrasi ke ranah digital itu sangat mungkin terpengaruh oleh social media logic yakni lebih mementingkan sentimen dibanding argumen sehingga aspek jurnalisme dan independensi menjadi terabaikan.
“Kadang-kadang media logic (mengutamakan kode etik jurnalisme dan independensi) terpengaruh oleh social media logic sehingga kita (media massa) ikut dengan yang ada di media sosial yaitu sentimen lebih penting dibandingkan argumen,” kata Nezar Patria.
Baca juga: Wamenkomdigi harap Industri penyiaran topang pertumbuhan ekonomi
Baca juga: Wamenkomdigi berharap pembahasan RUU Penyiaran selesai tahun 2025
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024