"Hasilnya, 25 indikator terdiri dari tujuh indikator TPS rawan yang paling banyak terjadi, 13 indikator yang banyak terjadi dan lima indikator yang tidak banyak terjadi, namun tetap perlu diantisipasi," kata Ketua Bawaslu Jakarta Selatan Atiq Amalia di Jakarta, Rabu.
Atiq mengatakan, pemetaan kerawanan terhadap delapan variabel dan 25 indikator itu diambil dari 65 kelurahan/desa di 10 kecamatan di Jakarta Selatan yang melaporkan kerawanan TPS di wilayahnya.
Pengambilan data TPS rawan dilakukan selama enam hari pada 10 hingga 15 November 2024.
Tujuh indikator potensi TPS rawan yang paling banyak terjadi, yakni 296 TPS terdapat pemilih pindahan (DPTb).
Baca juga: KPU DKI siapkan layanan TPS Keliling saat Pilkada 2024
Lalu, 35 TPS didirikan dekat lembaga pendidikan yang siswanya berpotensi memiliki hak pilih dan 26 TPS terdapat pemilih DPT yang sudah Tidak Memenuhi Syarat/TMS (meninggal dunia, alih status TNI/Polri).
"Kemudian, empat TPS terdapat jumlah pemilih disabilitas yang terdaftar di DPT dan dua TPS terdapat potensi pemilih Memenuhi Syarat (MS) namun tidak terdaftar di DPT (Potensi DPK)," ujarnya.
Baca juga: Bawaslu Jakut antisipasi pelanggaran netralitas ASN di Pilkada Jakarta
"Strateginya melakukan patroli pengawasan di wilayah TPS rawan. Koordinasi dan konsolidasi kepada pemangku kepentingan terkait dan sosialisasi dan pendidikan politik kepada masyarakat," ujarnya.
Baca juga: Polisi pastikan distribusi logistik Pilkada KPU Jaksel aman dan lancar
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024