Jakarta (ANTARA) - Pakar kesehatan Profesor Tjandra Yoga Aditama mengusulkan pemerintah bisa memasukkan uji fungsi paru dalam program skrining kesehatan gratis.

"Kita mendengar pemerintah akan melakukan check-up gratis untuk semua warga bangsa. Kami amat menganjurkan bahwa spirometri (untuk mengetahui fungsi paru) merupakan bagian dari program check up gratis itu," katanya.

Dia mengatakan hal itu saat dihubungi di Jakarta, Rabu, dalam rangka peringatan hari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Sedunia.

Dia menuturkan pemeriksaan spirometri dapat memantau kemampuan paru dan pernapasan dari waktu ke waktu selama kehidupan. Pemeriksaan ini bukan hanya berguna untuk mengetahui kesehatan paru tapi juga bermanfaat untuk memantau kesehatan secara keseluruhan.

Menurut Tjandra, pemeriksaan ini sebenarnya sudah dapat dilakukan di level rumah sakit umum daerah (RSUD) khususnya di Jakarta. RSUD di Jakarta sudah mumpuni melakukannya.

"RSUD di Jakarta jelas punya kemampuan," ujar Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.

Pemeriksaan paru secara berkala, sambung dia, merupakan jalan penting untuk mendeteksi dini. Lalu, memungkinkan mereka yang terdeteksi mengalami masalah paru dan pernapasan termasuk PPOK untuk segera menjalani pengobatan.

"Kesehatan paru dan pernapasan merupakan bagian amat penting dalam mencapai derajat kesehatan di era Indonesia Emas 2045," kata Tjandra yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020.

Baca juga: Dinkes harus tingkatkan penyuluhan penyakit menular musim hujan

Dia mengingatkan, ada berbagai hal yang dapat mempengaruhi fungsi paru dan pernapasan seperti polusi udara, asap rokok dan kemungkinan infeksi saluran napas berulang seperti ISPA dan lainnya.

Di antara hal tersebut, asap rokok dan paparan polusi menjadi penyebab terjadinya PPOK. Penyakit ini ditandai dengan keluhan utama sesak napas berkepanjangan, dapat disertai keluhan pernapasan lain seperti batuk dan lainnya.

"Fungsi paru dan pernapasan pasien PPOK menjadi menurun, dan pada keadaan yang berat bahkan sangat menurun sehingga terus menerus sesak napas. Ironisnya, penyakit ini pada dasarnya adalah irreversible, walaupun memang dapat dikontrol,"ujar Tjandra.

Data dari Kementerian Kesehatan tahun 2013 menunjukkan prevalensi PPOK di Indonesia lebih dari 15 juta kasus, dengan dominasi pasien laki-laki yakni mencapai 57 persen

"Semoga spirometri menjadi bagian dan program check up gratis bangsa, bersama berbagai tes dan pemeriksaan yang diperlukan untuk kesehatan kita semua, warga bangsa tercinta," kata Tjandra.

Baca juga: Pemerintah perlu mereformulasi makanan kemasan untuk melindungi warga

Sementara itu, Kementerian Kesehatan menyatakan program skrining kesehatan gratis akan diberlakukan pada 2025 dan dapat diakses oleh setiap individu pada hari ulang tahunnya.

Program ini akan berjalan paralel dengan skrining kesehatan BPJS yang mencakup 14 jenis penyakit antara lain diabetes melitus, hipertensi, stroke, jantung dan kanker serviks.

Selain itu kanker payudara, TBC, anemia, kanker paru, kanker usus, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), thalassemia, hipotiroid kongenital dan skrining hepatitis.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024