Keberagaman Indonesia yang terdiri lebih dari 1.340 suku bangsa dan kekayaan tradisi yang tak ternilai, merupakan anugerah besar yang harus terus dijaga
Surabaya (ANTARA) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) menggandeng Kementerian Agama (Kemenag) mengadakan seminar Penguatan Moderasi Beragama di kampus setempat, Rabu untuk menerapkan moderasi beragama sebagai dasar kehidupan bermasyarakat di era modern.
Rektor ITS Prof Ir Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD menyoroti peran vital generasi muda dalam menjaga dan memperkokoh semangat Bhinneka Tunggal Ika di tengah arus perubahan zaman.
"Keberagaman Indonesia yang terdiri lebih dari 1.340 suku bangsa dan kekayaan tradisi yang tak ternilai, merupakan anugerah besar yang harus terus dijaga," katanya.
Bambang juga mengingatkan bahwa tantangan era modern, seperti kemajuan teknologi dan derasnya informasi di era masyarakat 5.0 dapat memengaruhi pola pikir serta perilaku generasi muda.
Oleh karena itu, ia mendorong para mahasiswa untuk menjadikan nilai-nilai luhur kebangsaan sebagai pedoman.
"Bangun landasan dalam harmoni di tengah keberagaman, baik di kampus maupun dalam kehidupan bermasyarakat,” tambahnya.
Guru besar Departemen Teknik Mesin tersebut berharap agar kegiatan seperti ini dapat menjadi momentum untuk menguatkan rasa kebangsaan, mendorong harmoni sosial, dan memastikan nilai luhur bangsa tetap relevan dan kokoh di tengah tantangan zaman.
Baca juga: Ketum PBNU: Humanitarian Islam pengalaman Indonesia kelola keberagaman
Baca juga: Kemenbud: Generasi muda penghayat kepercayaan berperan jaga keragaman
"Dengan membekali generasi masa depan bangsa nilai-nilai moderasi beragama yang kuat, kita bisa memastikan keberlanjutan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia," tuturnya.
Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenag RI Prof Dr H Suyitno MAg mengingatkan peran kampus sebagai pusat keberagaman dan toleransi beragama.
Ia menegaskan bahwa kampus adalah entitas yang tidak bisa terdoktrin oleh ideologi tertentu, melainkan ruang yang mendukung diskusi dan dialog terbuka.
Lebih lanjut, alumnus doktoral UIN Syarif Hidayatullah ini juga menyoroti nilai kemanusiaan melalui pendekatan universalisme kepercayaan.
Menurutnya, kampus memiliki tanggung jawab besar untuk membentuk generasi yang mampu mempraktikkan keberagaman.
“Yang paling hakiki dari moderasi beragama dan universalisme agama adalah memanusiakan manusia, serta kampus merupakan tonggak utama dalam mewujudkannya,” paparnya.
Dengan pendekatan tersebut, lanjutnya, kampus diharapkan menjadi pionir dalam menciptakan lingkungan yang inklusif, menghargai perbedaan, dan mendorong kerja sama lintas keyakinan.
Pandangan ini menempatkan institusi pendidikan tinggi sebagai pilar penting dalam membangun masyarakat yang lebih harmonis dan toleran.
“Tentunya dengan menjaga warisan budaya agar tetap lestari di tengah dinamika perkembangan zaman,” tutur Suyitno.
Pentingnya komitmen penguatan moderasi beragama tersebut turut ditekankan oleh Koordinator Staf Khusus Menteri Agama RI Faried Fachrudin Saenong MA MSc PhD bersama dengan Ketua Dewan Profesor ITS Prof Dr Ir Imam Robandi MT.
Komitmen ini diharapkan akan memiliki pemahaman inklusif dan humanis, yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis dan damai.
Pewarta: Willi Irawan
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024