"Sesuai dengan prakiraan dari BMKG bahwa El nino kali ini masih lemah, sehingga belum berpengaruh terhadap sektor pertanian," kata Dr Suryo Wiyono, dosen dan peneliti di Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB, kepada Antara di Bogor, Senin.
Suryo menjelaskan, ia telah mengeliling sejumlah tempat di Pulau Jawa seperti Malang, Banyu Wangi, Bojonegoro, Klaten, Maggelang, Kerawang, Indramayu dan Bogor, hasilnya musim kemarau berjalan normal.
Meskipun musim kemarau masih berjalan normal seperti biasanya, namun fenomena El Nino sudah terjadi dengan skala lebih rendah dari biasanya, dan berpotensi terlambatnya musim hujan, atau musim kemarau berjalan lebih lama.
Fenomena El Nino memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sektor pertanian, baik tanaman padi maupun hortikultura.
Suryo menjelaskan, pengaruh langsung yang akan terjadi terhadap sektor pertanian terutama padi adalah turunnya produktifitas akibat kekeringan dan naiknya suhu.
"Pengaruh langsung lainnya adalah turunnya indek penanaman bisa, yang berdampak pada produktivitas baik padi maupun tanamna hortikultura," katanya.
Sedangkan pengaruh tidak langsung dari El Nino adalah timbulnya wabah hama dan penyakit, salah satunya Blast dan wereng coklat.
"Hama dan penyakit ini timbul karena kekurangan air, akibat kemarau yang lebih panjang atau terlambatnya musim penghujan," kata Suryo.
Suryono menyebutkan, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guna meminimalisir dapat dari El Nino bagi sektor pertanian yakni teknologi, sumber daya manusia, kelembagaan dan kebijakan.
Ia menjelaskan, upaya teknologi yang dilakukan adalah dengan kalender musim tradisional maupun kalender musim tahunan, tekni budidaya hemat air, jenis spesies tahan kekeringan, dan teknik penghematan air.
"Sektor irigasi juga harus dibenahi, karena data dari Bappenas 22,3 persen sistem irigasi nasional rusak. Jika ini tidak diperbaiki, maka kekeringan akan menjadi ancaman bagi petani, karena sumber-sumber penyimpanan air tidak berfungsi," kata Suryo.
Untuk sumber daya manusia, lanjut Suryo, perlu diperkuat penyuluhan pertanian, sinergi antara intensi serta perkuat kelompok tani baik yang terbentuk secara swadaya maupun oleh pemerintah.
"Pada taraf kebijakan, pemerintah harus memberikan kompensasi terhadap kegagalan panen yang terjadi sebagai upaya responsif. Upaya lainnya, infrastruktur, pengairan dan irigasi harus diperbaiki," katanya.
Jika dampak El Nino tidak segera diminimalisir, maka lambat laun akan berpengaruh pada produktifitas serta ketersediaan pangan yang akan berdampak pada harga kebutuhan pokok.
Suryo menambahkan, meski di satu sisi El Nino membawa dampak negatif, tetapi ada jenis tanaman yang diuntungkan dengan adanya kemarau panjang yakni produksi mangga lokal akan lebih bagus selama musim kemarau.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014