Jakarta (ANTARA) - Pencernaan bayi prematur memiliki perbedaan signifikan dibandingkan bayi cukup bulan, dan menurut Dokter Anak dari Universitas Indonesia Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A (K) saluran cerna bayi prematur belum berkembang secara optimal karena bayi lahir sebelum waktunya.
"Fungsi motilitas, yang bertugas menggerakkan makanan melalui saluran cerna, belum matang. Akibatnya, pencernaannya menjadi lebih lambat dan kurang efisien," kata Dokter Spesialis Anak (Konsulen Gastroenterologi - Hepatologi) RSIA Bunda Jakarta, Ariani, saat temu media memperingati “World Prematurity Day” di Jakarta, Rabu.
Selain itu, enzim pencernaan yang berperan dalam penyerapan nutrisi belum diproduksi dengan cukup, sehingga penyerapan nutrisi menjadi tidak maksimal.
Bayi prematur juga memiliki ‘gut barrier’ yang masih sangat tipis, sehingga rentan terhadap infeksi dan alergi.
Baca juga: Dokter jelaskan pentingnya skrining kesehatan bagi bayi prematur
Baca juga: Kemenkes: Tablet tambah darah cegah bayi lahir prematur dan stunting
Lebih lanjut, ia menjelaskan jika fungsi pencernaan yang belum matang membuat bayi prematur rentan mengalami GERD (Gastroesophageal Reflux Disease).
GERD terjadi ketika makanan dan asam lambung naik kembali ke kerongkongan karena otot penghubung antara lambung dan kerongkongan belum sempurna.
"Ini sering ditandai dengan muntah, gumoh berlebihan, atau bayi yang rewel setelah menyusu. Jika dibiarkan, GERD dapat mengganggu pertumbuhan bayi, menyebabkan iritasi esofagus, bahkan masalah pernapasan," ungkap Dr. Aryani.
Tidak matangnya saluran cerna juga meningkatkan risiko malnutrisi, lantaran penyerapan nutrisi yang tidak efisien dapat menyebabkan berat badan bayi sulit naik, keterlambatan perkembangan, hingga gangguan pada otak.
Persoalan umum lainnya yang dialami pada bayi prematur adalah alergi susu sapi, karena dinding usus belum matang, protein besar dari susu sapi dapat menembus usus dan memicu reaksi alergi, dengan gejala yang meliputi diare, muntah, atau ruam di kulit.
Oleh sebab itu, Dokter Ariani menyarankan pemberian ASI sebagai solusi terbaik, karena ASI alami mudah dicerna, mengandung antibodi, dan risiko alerginya sangat rendah.
ASI juga busa membantu perkembangan ‘gut barrier’ dan melindungi bayi dari infeksi.
Baca juga: Kemenkes: Kematian bayi di Indonesia lebih banyak karena prematur
Baca juga: Asupan vitamin D bagi ibu hamil cegah keguguran hingga bayi prematur
Pewarta: Putri Hanifa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024