Bengkulu (ANTARA) - Bank Indonesia mengatakan hilirisasi produksi pertanian daerah menjadi salah satu upaya mencegah deflasi Provinsi Bengkulu terus berlanjut dan berakibat mempengaruhi harga di tingkat petani menjadi begitu rendah.

"Bank Indonesia mencermati juga terkait deflasi ini (yang sudah terjadi 5 bulan berturut-turut), upaya pengendalian memang tidak hanya bagaimana menurunkan inflasi saja, tetapi juga menjaga mengendalikan bagaimana angka inflasi rendah dan stabil," kata Deputi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Dhita Aditya Nugraha di Bengkulu, Rabu.

Menurut dia secara nasional Bank Indonesia memiliki cara untuk menjaga angka inflasi dengan instrumen kebijakan suku bunga acuan BI. BI akan merespon menaikkan, menurunkan atau menahan suku bunga acuan sesuai dengan kondisi ekonomi saat itu.

"Kalau di daerah sendiri kami juga ada upaya juga pengendalian deflasi ini terkait bagaimana hilirisasi komoditas-komoditas yang ada di daerah, misalkan harga bawang lagi turun, kita membantu para pembuat industri di sektor itu, untuk menghasilkan produk turunan yang lebih awet," kata dia.

Hilirisasi akan menyerap kelebihan pasokan akibat panen komoditas yang melimpah, sehingga harga komoditas yang mengalami kelebihan produksi tetap stabil di tingkat petani maupun konsumen.

Namun ketika tidak ada hilirisasi produk maka, hasil panen yang melimpah tidak mampu diserap pasar dan hal itu membuat harga anjlok di tingkat petani, mengakibatkan kerugian dan ikut mempengaruhi kemampuan finansial petani untuk masa tanam berikutnya

Selain hilirisasi, Aditya juga menyarankan adanya kerja sama di tingkat desa yakni dengan mengintegrasikan pertanian bersama badan usaha milik desa (BUMDes).


Baca juga: BPS: Bengkulu alami deflasi empat bulan berturut-turut

Baca juga: BI: Sawit dan kopi tumpuan ekonomi Bengkulu triwulan III 2024

"Hilirisasi skala rumah tangga UMKM untuk membuat produk-produk turunan jadi ketika harganya turun dan pasokan banyak, tidak bisa dijual, tapi bisa diolah dulu dan hasilnya bisa lebih awet. Ketika harga turun mungkin dari sisi produsen petani untuk tidak menjual barangnya secara langsung, keseluruhan, tapi bisa menahan barang tersebut mungkin bisa berkoordinasi dengan BUMDes," ujarnya.

Provinsi Bengkulu pada Oktober 2024 kembali mengalami deflasi untuk kelima kalinya dalam lima bulan berturut-turut. Deflasi Bengkulu Oktober 2024 dicatat sebesar 0,09 persen.

Awalnya pada Mei 2024, inflasi Bengkulu melebihi batas atas rentang target inflasi nasional, dengan nilai inflasi sebesar 3,71 persen (yoy).

Lebih lanjut, memasuki Juni 2024, Bengkulu mengalami deflasi bulanan, sebesar minus 0,04 persen. Kondisi tersebut membawa inflasi Bengkulu sedikit mengalami penurunan pada level 3,64 persen, namun masih sedikit di atas tentang target nasional.

Beralih ke Juli 2024, Bengkulu kembali mengalami deflasi bulanan, kali ini cukup dalam berada pada level minus 0,7 persen. Deflasi itu langsung menarik angka inflasi Bengkulu turun ke dalam rentang target nasional, bahkan turun 1,33 persen, dan berada pada level 2,31 persen (yoy).

Berikutnya pada Agustus, provinsi berjuluk Bumi Rafflesia itu kembali mengalami deflasi minus 0,18 persen (mtm). Angka tersebut memang sedikit mendorong inflasi daerah ke level 2,34 persen (yoy}, tetapi angka tersebut masih berada dalam target nasional.

Dan pada September 2024, Bengkulu mengalami deflasi 0,28 persen atau inflasi minus 0,28 persen (mtm) sehingga membuat inflasi Bengkulu pada September ini menjadi sebesar 1,48 persen (yoy). Pada Oktober 2024, Bengkulu kembali mengalami deflasi 0,09 persen atau inflasi tahunannya menjadi 1,34 persen (yoy).

Kondisi perekonomian yang baik bukanlah dengan deflasi yang terus menerus, atau pun inflasi yang terus naik. Oleh karena itu pemerintah menetapkan target inflasi nasional berada pada rentang 2,5 plus minus 1 persen (yoy).

Ketika, deflasi yang terjadi terus menerus dapat berpotensi membuat harga komoditas anjlok dan memberikan pengaruh kelesuan ekonomi di tingkat petani karena harga jual bisa menjadi lebih rendah dari biaya produksi.

Namun, deflasi yang tinggi juga dapat menyebabkan lonjakan harga berbagai komoditas yang akan membebani kemampuan sisi konsumsi masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan inflasi pada rentang yang rendah dan terus mengupayakan stabilitas angkanya.

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024