"Hasil pemeriksan sample yang kita ambil seperti pakan ikan dan ikan mati, kedua sampel ini tidak mengandung zat kimia yang bisa mematikan ikan," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam Ermanto di Lubukbasung, Minggu .
Hasil pemeriksaan sample yang dikirimkan ke Laboratorium Perikanan Bungus Teluk Kabung Kota Padang ini keluar pada Sabtu (9/8).
Sebelum ikan mas ini mati, terjadi dua kali gempa kecil di daerah Danau Maninjau, mengakibatkan belerang keluar karena Danau Maninjau merupakan danau vulkanik.
Sehingga ikan mas milik petani mati sekitar 50 ton dengan kerugian sekitar Rp2 miliar.
Kematian ikan di Danau Maninjau disebabkan dua faktor yakni, tubo balerang dan pembalikan air ke permukaan.
Kata Ermanto, kematian ikan keramba jaring apung di Danau Maninjau selama 2014 sebanyak lima kali yakni, pada 29 Januari sebanyak 10 ton ikan mati, pada 23 Januari sebanyak 11.530 ton ikan mati, 19 Maret 2014 sebanyak 175,85 ton, 4 Agustus sebanyak 50 ton dan 10 Agustus sebanyak 200 ton.
Sementara pada 2008 sebanyak 15.000 ton keramba jaring apung di Danau Maninjau mati, kemudian 2009 sebanyak 15.000 ton, 2010 sebanyak 500 ton.
Pada 2011 sebanyak 500 ton, kemudian tahun 2012 sebanyak 300 ton dan 2013 turun menjadi delapan ton.
Danau Maninjau yang merupakan danau vulkanik di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Danau Maninjau sekitar 99,5 km bujur sangkar dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter.
Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding.
Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan.
Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubukbasung, ibukota Kabupaten Agam. (*)
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014