Kita tahu climate change itu daya bunuhnya lebih dahsyat daripada Perang Teluk. Climate change itu membunuh satu juta orang per tahun.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar mengajak kepada seluruh umat beragama untuk peduli terhadap lingkungannya, sesuai dengan ajaran agama masing-masing.
Hal ini menjadi salah satu poin yang menjadi perhatian dunia, yang dikumandangkan dalam Deklarasi Istiqlal, di mana pemimpin umat Katolik sedunia Paus Fransiskus turut menyuarakan hal tersebut.
"Tanggung jawab kita semuanya sebagai semua umat beragama ini, bagaimana melestarikan alam agar kiamat 'tertunda'. Kiamat itu pasti akan tiba, tapi bagaimana merawat bumi ini sesuai bahasa agama itu sangat penting," kata Menag Nasaruddin dalam webinar "Deklarasi Istiqlal: Kolaborasi Umat Beragama untuk Kemanusiaan" yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Nasaruddin menyerukan masing-masing umat beragama melalui corong ibadahnya masing-masing perlu menyuarakan tentang kesadaran lingkungan hidup, seperti bagaimana merawat sungai, danau, tumbuh-tumbuhan, juga alam semesta.
Baca juga: Menag kunjungi Kedubes Arab Saudi, bahas soal haji
Baca juga: DPR minta LASQI dan Menag bertemu bahas pembinaan qasidah
Di samping itu, umat beragama juga perlu mengetahui bahwa perbuatan dosa terjadi tidak hanya pada saat menzalimi sesama manusia, namun juga hewan, tumbuhan, dan alam semesta.
Menurutnya, hal tersebut menjadi salah satu poin utama dalam Deklarasi Istiqlal yang perlu direalisasikan, setelah diserukan beberapa waktu yang lalu.
"Kita tahu climate change itu daya bunuhnya lebih dahsyat daripada Perang Teluk. Climate change itu membunuh satu juta orang per tahun," ujarnya.
"Berarti, jangan dikira kita tidak melakukan suatu kegiatan kemanusiaan, manakala kita mengampanyekan kehidupan lingkungan alam yang sehat," ujarnya.
Oleh karenanya, Menag Nasaruddin mengajak kepada seluruh umat beragama untuk membaca dan mendalami secara luas tentang apa yang diajarkan oleh masing-masing agama melalui kitab sucinya masing-masing.
Menurutnya, semakin kurang penghayatan seorang umat terhadap kitab suci agamanya, maka makin kurang baik pula kemampuan komunikasi seorang umat terhadap sesama manusia.
"Mari, tugas kita sekarang ini sebagai tokoh umat beragama memperluas wawasan keagamaan warga kita masing-masing. Jika semua umat beragama itu mendalami dan menghayati ajaran agama sucinya masing-masing, maka harmoni kehidupan dengan sendirinya akan tercipta," tutur Nasaruddin Umar.*
Baca juga: Menag tentang perbedaan dana investasi haji: Semua ada jembatannya
Baca juga: Menag sowan ke MUI, harapkan doa dan perkuat sinergi
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024