Jakarta (ANTARA) - Regenerasi petani di Indonesia menjadi isu yang mendesak, terutama karena semakin sedikitnya generasi muda yang tertarik pada profesi ini.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa mayoritas petani Indonesia berusia di atas 45 tahun, sementara proporsi petani muda terus menurun setiap tahunnya.

Ini menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional di masa depan, karena tanpa regenerasi yang memadai, sektor pertanian dapat kehilangan daya saing dan produktivitasnya.

Salah satu tantangan terbesar adalah karena rendahnya persepsi sejahtera terhadap pekerjaan sebagai petani.

Banyak anak muda menganggap profesi ini tidak menjanjikan, baik dari segi pendapatan maupun kesejahteraan. Selain itu, akses terhadap lahan dan modal sering kali menjadi hambatan utama.

Kurangnya pendidikan formal tentang agribisnis dan teknologi pertanian juga memperparah keadaan.

Dalam Jurnal Studi Pemuda Volume 10 Nomor 1 Tahun 2021 sejumlah peneliti dari BRIN dan UI yakni Irin Oktafiani, Marya Yenita Sitohang, dan Rahmat Saleh membuat kajian terkait Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda.

Kajian menemukan fakta bahwa fenomena sulitnya regenerasi petani muda bukan semata-mata terkait dengan keengganan anak-anak petani melainkan juga dibentuk oleh nilai-nilai yang berlaku pada keluarga dan masyarakat pertanian.

Beberapa nilai tersebut di antaranya adalah stereotip bahwa dunia pertanian dekat dengan dunia laki-laki, kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, dan tingginya tingkat putus sekolah dalam keluarga petani.

Keluarga memiliki peranan penting dalam proses regenerasi petani karena fungsinya dalam mentransmisikan nilai dan fungsi ekonomi yang berkaitan dengan pendidikan anak (termasuk pembiayaan).

Tingkat pendidikan anak petani berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. Akan tetapi di dalam keluarga petani terdapat anggapan bahwa untuk terjun ke sektor pertanian tidak memerlukan pendidikan yang mumpuni.

Peneliti menekankan seharusnya keluarga petani meyakinkan anaknya bahwa pendidikan tinggi dibutuhkan agar petani muda mampu melakukan inovasi.

Selain itu, masyarakat berperan penting dalam membangun optimisme terhadap masa depan dunia pertanian apabila anak- anak mereka tertarik untuk berkontribusi di sektor tersebut.

Citra Pertanian

Dr. Shenggen Fan (Mantan Direktur Jenderal International Food Policy Research Institute - IFPRI) pernah menyoroti pentingnya diversifikasi pendapatan bagi petani muda.

Ia berpendapat bahwa integrasi antara pertanian dan kegiatan non-pertanian, seperti agrowisata atau pengolahan hasil pertanian, dapat meningkatkan pendapatan dan menarik minat generasi muda.

Selain itu, ia menekankan pentingnya jaringan dan komunitas bagi petani muda untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Sebenarnya memang banyak pakar pertanian yang sepakat bahwa regenerasi petani memerlukan pendekatan multidimensi yang mencakup pendidikan, akses terhadap sumber daya, kebijakan yang mendukung, serta integrasi teknologi dan inovasi.

Kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, sektor swasta, dan komunitas petani menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi generasi muda untuk terlibat dan berkontribusi dalam sektor pertanian.

Dan, berbagai terobosan juga dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan regenerasi petani dan mengembalikan daya tarik sektor pertanian bagi generasi muda.

Teknologi modern misalnya, dapat menjadi pintu masuk yang efektif. Penggunaan alat canggih seperti drone untuk pemantauan lahan, aplikasi berbasis data untuk analisis hasil panen, hingga sistem irigasi pintar dapat mengubah citra pertanian menjadi lebih menarik dan relevan bagi generasi digital.

Penerapan teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi kerja, tetapi juga membuka peluang baru dalam menciptakan nilai tambah produk pertanian.

Pendidikan dan pelatihan khusus juga menjadi kunci. Kurikulum yang dirancang untuk mengajarkan agribisnis dan teknologi pertanian sejak dini dapat menanamkan minat pada sektor ini.

Program seperti magang di perusahaan agritech atau kompetisi inovasi pertanian dapat memberikan pengalaman langsung kepada generasi muda, sekaligus menunjukkan potensi keuntungan dari sektor ini.

Kemitraan dengan institusi pendidikan dan perusahaan swasta juga penting untuk memastikan bahwa nantinya lulusan kedua domain itu memiliki keterampilan yang relevan.

Akses terhadap lahan dan modal harus ditingkatkan melalui kebijakan pemerintah yang mendukung.

Program reformasi agraria, skema kredit berbunga rendah, atau subsidi untuk pembelian alat pertanian modern dapat menjadi solusi.

Pemerintah juga dapat menyediakan insentif bagi petani muda, seperti potongan pajak atau penghargaan bagi mereka yang berprestasi dalam meningkatkan produktivitas lahan mereka.

Media sosial dapat dimanfaatkan sebagai alat promosi yang efektif. Kisah sukses petani muda yang telah berhasil memanfaatkan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan pendapatan mereka perlu disebarluaskan.

Kampanye kreatif melalui platform digital dapat mengubah persepsi negatif bahwa menjadi petani adalah profesi yang kuno dan berat.

Sebaliknya, profesi ini dapat ditampilkan sebagai peluang bisnis yang menjanjikan, menyejahterakan sekaligus berkontribusi pada pembangunan bangsa.

Pertanian berkelanjutan

Selain itu, penting untuk mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan. Generasi muda cenderung lebih peduli terhadap isu lingkungan, sehingga pendekatan seperti pertanian organik atau sistem agroforestri dapat menjadi daya tarik tersendiri.

Praktik ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki nilai tambah yang tinggi di pasar, baik domestik maupun internasional.

Untuk mendukung transformasi ini, infrastruktur di daerah pedesaan perlu ditingkatkan. Jalan yang baik, akses internet yang cepat, dan fasilitas pendukung lainnya dapat memudahkan petani muda dalam menjalankan usaha mereka.

Dengan akses internet, misalnya, mereka dapat memanfaatkan e-commerce untuk menjual produk langsung kepada konsumen, tanpa harus melalui rantai distribusi yang panjang.

Ekosistem agribisnis yang inklusif juga harus dikembangkan. Kolaborasi antara petani, pengusaha, peneliti, dan pemerintah dapat menciptakan inovasi yang membawa manfaat bagi semua pihak.

Dukungan terhadap start-up agritech yang menawarkan solusi praktis bagi petani juga perlu ditingkatkan.

Dengan ekosistem yang mendukung, pertanian dapat menjadi sektor yang tidak hanya menarik tetapi juga berkelanjutan.

Dengan berbagai langkah ini, regenerasi petani dapat menjadi kenyataan. Generasi muda memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif dalam sektor pertanian.

Dengan pendekatan yang tepat, profesi petani dapat kembali menjadi pilihan yang menarik, sekaligus memastikan keberlanjutan ketahanan pangan Indonesia di masa depan.

Sektor pertanian tidak hanya menjadi pilar ekonomi nasional, tetapi juga simbol kemandirian bangsa yang kuat dan berdaya saing.

Baca juga: Wamentan: Petani muda diperlukan dalam mewujudkan swasembada pangan
Baca juga: Menko Pangan: Pemerintah berusaha tingkatkan kesejahteraan petani
Baca juga: BPS ingatkan dukungan pemerintah agar milenial tertarik bertani

Copyright © ANTARA 2024