Jakarta (ANTARA) - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah menyoroti belum optimalnya peran dan fungsi keluarga dalam pengasuhan anak yang menyebabkan krisis karakter dan moral pada generasi muda.
"Belum optimal-nya peran dan fungsi keluarga yang menyebabkan ancaman krisis moral, krisis karakter di kalangan generasi muda," kata Ai Maryati Solihah dalam Rakornas KPAI 2024, di Jakarta, Selasa.
Ai Maryati Solihah mengatakan dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045, masih terdapat sejumlah tantangan dan hambatan, diantaranya hambatan keadilan dalam penegakan hukum dan masih adanya norma sosial budaya yang menghambat kesetaraan serta mendorong perlakuan salah dan diskriminatif.
Kemudian juga potensi peningkatan prevalensi kekerasan terhadap anak yang harus diwaspadai.
"Dari Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) yang dirilis pada 2024 oleh KemenPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), kami melihat bahwa prevalensi angka kekerasan dari 2018, 2021, hingga 2024 sesungguhnya trennya menurun. Tetapi yang mesti kita waspadai adalah di dua tahun terakhir, terlihat anak laki-laki dan anak perempuan itu hampir memiliki kerentanan yang sama," katanya.
Menurut dia, ada potensi peningkatan prevalensi kekerasan fisik, kekerasan emosional, dan kekerasan seksual pada anak laki-laki dan anak perempuan.
"Ini tentu menjadi satu kewaspadaan bagi kita semua. Kendati trennya menurun, tetapi dari beberapa tahun terakhir ini menunjukkan angka yang relatif meningkat. Anak laki-laki dari 37 persen menjadi 49 persen, anak perempuan dari 46 persen menjadi 51 persen," kata Ai Maryati Solihah.
Baca juga: Pengaduan kasus anak tertinggi masuk KPAI terkait pengasuhan
Baca juga: Sinergi multipihak penting tangani kekerasan perempuan dan anak
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2024