Amerika Serikat tidak bisa berpangku tangan. Itu bukan sifat kami. Kami orang Amerika. Kami bertindak"

Arbil (ANTARA News) - Presiden AS Barack Obama bersumpah untuk membantu menyelamatkan ribuan warga sipil yang dikepung para aktivis jihad Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), sedangkan seorang anggota parlemen Irak mengingatkan ribuan orang itu tak akan bisa bertahan lama.

Obama tidak memberi kerangka waktu untuk operasi pertama AS di Irak sejak penarikan mundur pasukan AS tiga tahun lalu, selain mendesak politisi Irak membentuk pemerintahan inklusif serta menghambat gerak laju ISIS.

"Amerika Serikat tidak bisa berpangku tangan. Itu bukan sifat kami. Kami orang Amerika. Kami bertindak. Kami memimpin. Itulah yang akan kami lalukan di pegunungan (tempat ribuan warga Irak terkepung) itu," kata Obama.

Sejak Jumat lalu AS melancarkan serangan udara dan menyatakan gelombang serangan kepada ISIS itu untuk mencegah serangan terhadap warga minoritas Yazidi yang terlunta-lunta di Gunung Sinjar sejak ISIS menyerang tempat tinggal mereka seminggu lalu.

Pesawat AS dan Irak juga menjatuhkan makanan dan air minum kepada ribuan orang yang kebanyakan warga Yazidi, sedangkan Prancis dan Inggris telah mengumumkan partisipasi mereka.

Dua pesawat angkut C-130 Royal Air Force (RAF) tinggal landas dari Inggris dengan memuat isi penuh air besih, tenda, terpal, dan lampu surya serta ponsel.

Sementara itu wakil rakyat dari Yazidi Vian Dakhil menyatakan waktu semakin habis untuk komunitasnya.

"Kita punya satu dua hari lagi untuk membantu orang-orang ini. Setelah itu mereka akan mulai mati kelaparan," kata dia kepada AFP.

Hari pertama serangan udara AS menyasar para penempur ISIS yang tengah mendekati Kurdistan, sedangkan pada hari kedua pesawat AS dan drone menghancurkan wahana pengangkut personil dan sebuah truk bersenjata yang dipercaya Pentagon tengah meneror warga Yazidi di dekat Sinjar.

Bombardemen pertama AS menghajar posisi ISIS dan setidaknya satu konvoy kendaraan pengangkut para militan di barat Arbil.

Sumber-sumber keamanan dan seorang pejabat lokal menyatakan 16 mayat militan terlihat di Makhmur.

Obama mengatakan dia telah mengotorisasi serangan ke Irak untuk melindungi personil AS yang bertugas di sana. "Dan jika perlu, itulah yang akan terus kami lakukan," kata Obama.

Para pejabat Kurdi mengaku kini mereka bekerja sama dengan para penasehat AS, namun belum jelas benar sampai kapan keterlibatan AS di sana.

Sedangkan Obama sendiri menekankan sebuah pemerintahan inklusif yang melibatkan semua pihak di Irak. "Sulit menggalang upaya bersatu di kalangan Irak dalam melawan ISIS," kata sang pejabat seperti dikutip AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014