Jakarta (ANTARA) - Manajer Perlindungan dan Partisipasi Anak Wahana Visi Indonesia (WVI) Satrio Dwi Rahargo menilai bahwa interaksi pelajar dengan lingkungan di sekitarnya, baik di sekolah maupun di rumah, merupakan faktor yang menentukan dalam kondisi kesehatan mental mereka.

Satrio menjelaskan, guna memastikan kesehatan mental pelajar terjaga dengan baik terdapat faktor penentu yang disebut lingkungan ekologi anak yang dimulai dari tahap diri anak itu sendiri, keluarga, lingkungan atau sekolah, dan terakhir adalah pemerintah.

"Jadi kalau bicara apa yang harus dilakukan, berangkat dari lingkungan ekologi anak itu, kita mulai dari anaknya sendiri. Artinya bagaimana memastikan anak tahu bagaimana merespons dan mengidentifikasi hal-hal yang berbahaya bagi dirinya," kata dia saat ditemui di ANTARA Heritage Center Jakarta pada Selasa.

Apabila pelajar dapat mengidentifikasi serta merespons hal-hal yang membahayakannya, maka ia dapat mencari pertolongan sehingga bisa mencegah dampak mental dari tekanan akademik maupun perundungan yang dialaminya di sekolah.

Tahap berikutnya adalah keluarga, di mana Satrio menekankan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam memberikan pendampingan mental terhadap anaknya.

Oleh karena itu, ia mendorong dibangunnya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, sehingga dia memiliki tempat untuk bercerita mengenai persoalan yang dihadapinya di sekolah.

"Sebenarnya anak ini tidak hanya perlu secara fisiknya saja ya, misalnya makan cukup, tempat tinggal cukup, pakaian cukup, tapi juga butuh perhatian dan butuh untuk didengar. Butuh untuk diperhatikan kondisi dia misalnya sekolah dia seperti apa, bagaimana kondisinya di sekolah, bagaimana dia menghadapi hari-harinya di sekolah," ujar dia.

Kemudian, di lingkungan sekolah Satrio menyoroti pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) yang dinilainya merupakan solusi tepat bagi perlindungan peserta didik di lingkungan sekolah.

Pihaknya mendorong pembentukan Satgas TPPK di lebih banyak sekolah serta kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam satgas tersebut, sehingga kasus kekerasan dan perundungan di sekolah bisa ditekan.

"Bicara soal sekolah, bicara juga soal struktur dan pola pengajaran yang ramah pada anak. Jadi bagaimana guru bisa membangun komunikasi yang baik. Kemudian bagaimana guru membangun pola pengajaran yang tanpa kekerasan, bagaimana guru juga bisa menjadi teman untuk anak didiknya," ujar Satrio.

Sementara pemerintah, sambungnya, berperan dalam menguatkan peran Satgas TPPK serta meningkatkan kapasitas guru dalam memberikan pengajaran yang baik dan tanpa kekerasan terhadap peserta didik.

Baca juga: Menkomdigi anjurkan pelajar atur waktu akses gadget jaga mental sehat
Baca juga: Dinkes Mataram gandeng IDI edukasi kesehatan jiwa pelajar

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024