Jakarta (ANTARA) - Animator Indonesia Wahyu Aditya mengatakan industri kreatif di Jepang, utamanya perihal karakter kekayaan intelektual atau yang biasa disebut IP (Intellectual Property) Character, dapat dijadikan contoh positif bagi Indonesia.
IP Character adalah karakter visual yang biasanya dirancang untuk tujuan komersil. Sebagai contoh, sejumlah IP Character terpopuler di dunia yakni Pokemon, Sinchan, Mickey Mouse, dan masih banyak lagi.
“Ketika saya mendapat beasiswa ke Tokyo untuk mengamati industri kreatif di sana selama tiga bulan, saya ke studio di kampus-kampus, ke acara-acara, dan saya mengambil kesimpulan, setiap jarak sekitar lima meter itu pasti ada karakter di sekeliling saya, itu pasti ada,” kata Wahyu pada kunjungannya ke ANTARA Heritage Center, Selasa.
Baca juga: Indonesia dan Jepang berkolaborasi dalam pelatihan pemeriksaan merek
Wahyu menyarankan, pemerintah Indonesia baiknya juga lebih memfokuskan pengembangan sektor spesifik kepada IP Character, ketimbang industri terkaitnya seperti film animasi atau game.
Sebab, menurutnya, IP Character yang telah berkembang dengan baik akan secara otomatis mengalir pada sektor film animasi hingga game.
Berdasarkan data Hellomotion Academy yang diakses Selasa, bahwa pada tahun 2019 tercatat Pokemon meraih pendapatan sebesar 61,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) per tahun, atau sekitar Rp969,3 triliun.
Baca juga: Pemprov DKI-AIPI ajak anak muda kenal karakter IP asli Indonesia
Menariknya, pendapatan terbesar yang Pokemon raih justru bukan dari film, game atau serial animasi yang selama ini populer di dunia, melainkan dari penjualan merchandise alias cenderamatanya.
“IP Character bisa dimonetisasi lewat empat medium, seperti lewat gambar suara video dan permainan (game), dan itu membentuk nilai ekonomi yang besar, itu yang menginspirasi kenapa tidak kita juga fokus ke IP Character, jadi bukan fokusnya ke animasi atau ke gamenya dulu,” ujar Wahyu.
“Ketika IP-nya terbentuk itu bisa fleksibel ke empat ranah tadi, dan itu yang terjadi di ‘One Piece’, ‘Pokemon’ ‘Upin-Ipin’,” tambahnya.
Baca juga: Film animasi karya SMK RUS Kudus dipamerkan di Hannover Messe
Lebih lanjut, Wahyu mengungkap bahwa pelaku industri kreatif Indonesia sebetulnya sangat mumpuni di bidang kreativitas. Dukungan lebih dari pemerintah diperlukan untuk mengembangkan industri kreatif Tanah Air, utamanya perihal karakter kekayaan intelektual.
“Kondisi di Indonesia itu pemerintah memetakannya ada sekitar 15 sektor ya, tapi nilainya itu kalau tidak salah Rp100 triliun, sementara Jepang yang hanya empat sektor Rp1.000 triliun, jadi bedanya masih jauh, tapi saya melihat potensinya besar sekali, itu juga bisa kita duplikasi di Indonesia,” jelasnya.
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015, telah mengklasifikasikan produk ekonomi kreatif ke dalam 16 subsektor yang kemudian dirinci ke dalam 206 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 5 digit oleh Badan Pusat Statistik dengan rincian sebagai berikut:
Baca juga: Ada talenta muda Indonesia di film animasi Upin & Ipin
- Arsitektur
- Desain Interior
- Desain Komunikasi Visual
- Desain Produk
- Film, Animasi dan Video
- Fotografi
- Kriya
- Kuliner
- Musik
- Fesyen
- Aplikasi dan Game Developer
- Penerbitan
- Periklanan
- Televisi dan Radio
- Seni Pertunjukan
- Seni Rupa
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024