Gaza City, Wilayah Palestina (ANTARA News) - Permusuhan mematikan terjadi lagi di Gaza, tempat seorang anak laki-laki yang berusia 10 tahun meninggal dan pesawat-pesawat tempur Israel menyerang sasaran-sasaran sebagai pembalasan atas serangan-serangan roket melintasi perbatasan Palestina.

Tetapi Mesir, yang menengahi pembicaraan tidak langsung antara pihak Israel dan Palestina, mengatakan negosiasi-negosiasi mengalami kemajuan kendati terjadi kekerasan tersebut dan menyerukan gencatan senjata yang sudah berakhir untuk diperpanjang.

Ketua perutusan Palestina di Kairo juga menyatakan mereka berkomitmen untuk mencapai satu gencatan senjata sementara Israel memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan berunding jika terjadi serangan-serangan.

Israel menuduh Hamas melanggar gencatan senjata 72 jam itu Jumat pagi setelah para militan menembakkan dua roket.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan militer membalas "dengan kekuatan terhadap pelanggaran gencatan senejata oleh Hamas".

Tentara Israel mengatakan para militan Palestina melancarkan 35 roket ke negara Yahudi itu, melukai seorang warga sipil dan seorang serdadu di bagian selatan, dan bahwa "tempat-tempat teror" telah dijadikan sasaran di Gaza.

Kekerasan tersebut mengakhiri gencatan senjata tiga hari dalam empat pekan peperangan antara Israel dan Hamas yang menewaskan sedikitnya 1.894 warga Palestina dan 67 orang di pihak Israel, hampir semua tentara.

Seorang anak lelaki yang berusia 10 tahun merupakan korban paling akhir yang tewas, dan 11 orang Palestina lainnya menderita cedera dalam serangan-serangan udara Israel Jumat, kata Ashraf al-Qudra, juru bicara dinas kedaruratan Gaza.

PBB menyatakan sedikitnya 1.354 orang Palestina yang meninggal dalam pertempuran sejak 8 Juli adalah warga sipil, termasuk 447 anak-anak.

Di Gaza, sejumlah keluarga yang telah kembali ke rumah-rumah mereka balik lagi ke sekolah-sekolah PBB yang mereka jadikan tempat berlindung dari serangan-serangan Israel setelah militan Palestina melancarkan serangan roket ke Israel dan Israel membalas dengan serangan-serangan udara.

Di Al-Tuffah di Gaza City, ratusan pengungsi berlindung di ruang-ruang kelas, pakaian yang mereka sudah cuci dijemur di balkon dan orang-orang berbaris untuk mendapatkan bantuan makanan.

"Tentu kami semua takut, saya takut, anak-anak saya takut, istri saya takut," kata Abdullah Abdullah, 33 tahun, mengatakan kepada korespondedn AFP di sekolah tersebut.

(Uu.M016)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014