Kami berada di ujung pisau tetapi kami keluar
Lisbon (ANTARA News) - Gubernur Bank Sentral Portugal Carlos Costa mengaku bahwa sistem perbankan negara itu menghadapi "risiko sistematis" pekan lalu, hanya beberapa hari sebelum ia mengumumkan bahwa bank Banco Espirito Santo (BES) akan diselamatkan pemerintah.
"Kami berada di ujung pisau tetapi kami keluar," kata Costa di parlemen, menyusul sebuah klarifikasi Menteri Keuangan Maria Luis Alburquerque, Kamis. "Pada Jumat kami berada di atas risiko sistematis."
Dia menambahkan bahwa ia tidak mengharapkan utang bank menjadi begitu tinggi pada kuartal pertama.
BES mengalami kerugian bersih sebesar 3,58 miliar euro di kuartal pertama di tengah korupsi di kalangan anggota dewan, yang mendorong bank sentral Portugal, Bank of Portugal, mengumumkan rencana bailout atau dana talangan sebesar 4,9 miliar euro.
Sesaat sebelum rencana itu diumumkan, Costa mengatakan bank memiliki "modal kuat" dan "margin nyaman untuk berhubungan dengan kemungkinan apapun," dan tidak perlu diselamatkan oleh pemerintah.
Hal ini juga diamini oleh Perdana Menteri Pedro Passos Coelho, yang kemudian dikritik oleh oposisi untuk tetap diam setelah rencana itu terungkap. Dia memecahkan kebungkaman sehari setelah, mengatakan itu adalah solusi "terbaik".
Costa menegaskan pada Kamis bahwa solusi yang ditemukan untuk bank yang terbaik untuk membela kepentingan keduanya, pembayar pajak dan deposan serta menunjukkan bahwa sistem keuangan telah "memahami bahwa pihaknya berkepentingan untuk berpartisipasi dalam mencari solusi."
Dia mengatakan, dia yakin bank-bank lain dalam sistem Dana Resolusi Portugal (PRF) akan memberikan kontribusi lebih lanjut.
Albuquerque pada Kamis mengkonfirmasi bahwa negara itu akan menyuntikan dana talangan 3,9 miliar euro ke BES, kurang dari 4,9 miliar euro, menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh kontribusi dari sektor keuangan.
Klarifikasi yang dibuat oleh Gubernur Bank of Portugal dan menteri keuangan terjadi setelah partai-partai oposisi menuntut sebuah pertemuan komite parlemen "mendesak" di parlemen.
Partai-partai oposisi, yaitu Partai Sosialis dan Partai Komunis, telah sangat menentang ide nasionalisasi bank, mengatakan bahwa wajib pajak harus membayar beban itu.
Namun, pihak pemerintah bersikeras itu tidak terjadi, karena bank telah dibagi menjadi "bank baik" dan "bank buruk." Bank buruk memegang semua aset dan kewajiban beracun sedangkan bank yang baik, yang telah berganti nama menjadi "Novo Banco", menampung aset-aset yang layak seperti cabang-cabang, karyawan dan debitur senior.
Costa mengatakan bank sekarang akan mencari investor untuk membeli pemberi pinjaman baru Novo Banco (bank baru), menjamin penjualan akan "transparan." Dia juga mengatakan penasihat keuangan akan dipekerjakan oleh bank, demikian laporan Xinhua.
(Uu.A026)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014