Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyampaikan program makan bergizi gratis (MBG) memiliki tujuan yang banyak sekaligus (multiple goals), tidak hanya mendukung pencegahan stunting melainkan juga mengoptimalkan pemanfaatan pangan lokal.
“Program makan bergizi itu kalau boleh kami sebut multiple goals. Multiple goals dalam pencegahan stunting itu juga upaya untuk memanfaatkan pangan lokal, pemenuhannya. Jadi kita bisa mendorong itu sebagai basis di dalam upaya untuk pemenuhan atau supply side-nya dari program makan bergizi,” kata Pelaksana Tugas Deputi III Kemenko PMK Nunung Nuryantono dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, banyak daerah yang sudah menunjukkan upaya mengoptimalkan pemanfaatan pangan lokal dalam program MBG. Sampah rumah tangga yang dihasilkan juga bisa dimanfaatkan untuk produk lainnya, seperti pupuk, pakan ternak, dan seterusnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan komunitas.
“Dari hasil koordinasi kami bersama, maka kita bisa melihat ada daerah-daerah yang bagus. Seperti kami contohkan dengan pendekatan komunitas, dia (daerah) mampu men-generate kebutuhan secara lokal untuk menangani sekaligus mencegah stunting. Harapannya, ini juga bisa dilakukan di daerah yang lain,” kata dia.
Ia menggarisbawahi program MBG dan pencegahan stunting saling berkaitan satu sama lain.
Menurutnya, hal yang menjadi salah satu kunci keberhasilan program, yaitu kecepatan data kelompok sasaran yang tersedia. Oleh sebab itu, kementerian/lembaga (K/L) terkait harus benar-benar berkolaborasi untuk mengidentifikasi status stunting di daerah-daerah sehingga penanganan lebih cepat.
Di samping itu, kata dia, pemerintah daerah memiliki peran strategis, terutama menggerakkan seluruh posyandu yang menjadi ujung tombak pemantauan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Baca juga: Guru Besar UI: Makan Bergizi Gratis tingkatkan kualitas SDM
Apalagi, ujar Nunung, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyediakan peralatan medis yang mendukung pemantauan kesehatan balita.
Ketiga kelompok sasaran ini beririsan dengan program MBG serta pencegahan dan penurunan stunting.
Ia mengingatkan bahwa program MBG tidak hanya menyasar peserta didik melainkan juga kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Ia mengatakan pencegahan stunting memang berfokus pada kelompok sasaran lain, seperti remaja putri dan calon pengantin. Akan tetapi, apabila ditemukan kasus stunting pada balita, maka intervensi tetap harus dilakukan dengan memberikan asupan gizi yang jauh lebih baik.
“Misalnya kita sudah mengidentifikasi, katakanlah ada 10 ribu bayi yang sudah melakukan pengukuran di posyandu. Teridentifikasilah yang kurang gizi sekian ratus balita. Maka tindakan itu, intervensinya harus dilakukan. Karena kalau tidak (dilakukan intervensi), muncul stunting baru karena tidak dicegah,” katanya.
Saat ini pemerintah sedang menyiapkan Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting. Hal ini sedikit berbeda dibandingkan Stranas sebelumnya yang hanya menekankan upaya percepatan penurunan stunting.
Stranas terbaru akan melibatkan aspek pencegahan stunting. Maka hal ini beririsan dengan program MBG sebagai salah satu upaya pencegahan stunting.
Pemerintah juga akan mengeluarkan regulasi terbaru yang merupakan revisi dari Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang berakhir pada akhir tahun ini.
Stranas Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting ditargetkan rampung pada bulan ini, sedangkan perpres terbaru ditargetkan selesai pada awal Januari 2025 sejalan dengan penyesuaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.
Baca juga: Kemenko PMK: MBG diharapkan bisa turunkan stunting secara signifikan
Baca juga: Wakil Ketua MPR uji coba program makan bergizi gratis di Kota Palu
Baca juga: Wamendagri sosialisasikan "Makan Bergizi Gratis" di Jayawijaya
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024