Jakarta (ANTARA News) - Target pengadaan beras tahun 2006 dipastikan tidak akan tercapai, karena dari target pengadaan sekitar 2,1 juta ton, realisasi pengadaan oleh Bulog pada tahun ini diperkirakan hanya sekitar 1,4 juta ton.
"Sejak kran impor ditutup Januari 2004, praktis target pengadaan beras dalam tiga tahun terakhir ini tidak pernah tercapai," kata Dirut Perum Bulog, Widjanarko Puspoyo, kepada pers, di Jakarta, Kamis.
Realisasi pengadaan beras, menurut Widjanarko, bahkan terus turun sejak 2004 hingga sekarang. Jika pada 2004, realisasi pengadaan beras mencapai 1,9 juta ton, tahun 2005 turun menjadi 1,6 juta ton dan tahun ini diperkirakan hanya 1,42 juta ton.
Tren penurunan itu disebabkan harga beras yang cukup tinggi di pasar, sehingga Bulog berkewajiban menjaga agar proses pengadaan beras tidak sampai membuat gejolak harga di pasar. "Tetapi di sisi lain, sikap kehati-hatian membuat target pengadaan tidak tercapai," katanya.
Untuk tahun depan, menurut Widjanarko, target pengadaan beras akan naik dari 2,1 juta ton menjadi 2,6 juta ton setara beras. Kenaikan terjadi karena alokasi distribusi beras rakyat miskin (raskin) akan mencapai 1,9 juta ton pada tahun depan, kata Widjanarko.
Sementara stok beras Bulog per akhir Desember 2006, diperkirakan tidak akan sampai 2 juta ton, sehingga kemungkinan impor beras masih harus dilakukan pada tahun depan, katanya.
Sebelumnya Kepala Divisi Perencanaan Operasi dan Publikasi Bulog, Abdul Waris Patiwiri, mengungkapkan realisasi pengadaan gabah dan beras dalam negeri hingga September 2006 baru mencapai 1,3 juta ton atau 62,6 persen dari prognosa awal total pengadaan dalam negeri 2006 sebesar 2,1 juta ton setara beras.
Melihat realisasi pengadaan dalam negeri sampai 20 September 2006, diperkirakan prognosa pengadaan dalam negeri 2006 sulit tercapai, sehingga direvisi antara 1,2-1,3 juta ton setara beras, katanya.
Menurut dia, selama lima tahun terakhir jumlah pengadaan gabah dan beras oleh Perum Bulog berkisar antara 1,5-2,1 juta ton setara beras yang mana pengadaaan tersebut diutamakan dalam bentuk gabah sebagai produk yang paling dekat diproduksi petani. (*)
Copyright © ANTARA 2006