Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera & Pemberdayaan Keluarga (KSPK), Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, Nopian Andusti mengatakan masih banyak warga yang salah kaprah terkait apa itu stunting dan banyak disebutkan itu sebagai penyakit yang bisa diobati.

“Kita kadang-kadang begini, stunting bisa diobati. Ini tuh stunting bukan penyakit. Stunting itu adalah suatu proses gagal tumbuh, gagal kembang. Oleh karena itu, stunting tidak bisa diobati,” kata Nopian Andusti pada saat kegiatan diskusi secara daring yang dipantau di Jakarta, Senin.

Meski stunting tidak bisa diobati dan tidak bisa dikembalikan normal, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kejadian tersebut, yang hendak menyerang anak-anak Indonesia mulai dari sebelum orang tua anak menikah.

Baca juga: BKKBN: Lewat intervensi, otak anak stunting berkembang hingga 20 tahun

Literasi dan juga pengetahuan untuk mencegah stunting terhadap anak, menurut dia, penting dipahami oleh calon orang tua yang ada di Indonesia terkait stunting agar nantinya anak-anak Indonesia terbebas dari yang namanya stunting.

Menurut dia, pencegahan terbaik yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah dengan memperhatikan tumbuh kembang anak di seribu hari pertama kehidupan si anak tersebut.

Ketika perhatian tersebut dapat terbentuk baik dengan memberikan asupan gizi dan nutrisi yang penting untuk tumbuh kembang anak. Maka, stunting di Indonesia bisa terempaskan dengan cepat.

“Tapi harus diingat, ini prioritasnya pada seribu hari pertama kehidupan. Jangan setelah seribu hari pertama kehidupan. Karena 80 persen perkembangan otak itu terjadi di seribu hari pertama kehidupan. Karena, inilah masa yang sangat menentukan bagaimana nasib anak-anak Indonesia, anak-anak kita semua,” ujar dia.

Ia mengatakan kalau ini dikawal selama seribu hari pertama kehidupan, mulai dari janin sampai anak umur 2 tahun, bisa terselamatkan. "Yang awalnya berpotensi atau berisiko stunting, bisa kita selamatkan menjadi tidak stunting," tambah dia.

Baca juga: FIA UI tingkatkan literasi cegah stunting lewat marketing sosial

Baca juga: Kemendes: Makan Bergizi Gratis jadi intervensi langsung atasi stunting

Angka stunting di Indonesia pada 2023, masih berada di angka 21,5 persen, sementara target prevalensi angka stunting untuk 2024 adalah 14 persen. Intervensi yang paling menentukan untuk percepatan penurunan angka stunting ada pada seribu hari pertama kehidupan.

Oleh karena itu, program pemerintah melalui Makan Bergizi Gratis akhirnya diperluas dan tidak hanya menyasar anak usia sekolah dari PAUD hingga SMA, tetapi juga balita, ibu hamil dan ibu menyusui.

Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024