Kondisi politik terkait pemilihan umum presiden (pilpres) yang cenderung masih panas menjadi salah satu beban bagi laju mata uang rupiah
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore melemah sebesar 10 poin menjadi Rp11.700 dibandingkan sebelumnya Rp11.690 per dolar AS.
"Kondisi politik terkait pemilihan umum presiden (pilpres) yang cenderung masih panas menjadi salah satu beban bagi laju mata uang rupiah," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Sadara Rully Nova di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan bahwa berlanjutnya ketidakpastian politik akan membuat tingkat kenyamanan investor berinvestasi di dalam negeri menurun, sehingga rupiah cenderung bergerak melemah.
Kendati demikian, menurut dia, masih adanya keyakinan dari sebagian investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang masih bisa tumbuh membuat koreksi mata uang rupiah tidak terlalu dalam.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menambahkan melemahnya sejumlah mata uang di negara berkembang karena masih terpengaruh dengan gagal bayar Argentina, perbankan di Portugal serta konflik Ukraina.
"Sentimen lepas risiko membuat investor lebih memilih untuk membeli dolar AS," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, adanya ekspektasi pelaku pasar uang bahwa Bank Indonesia (BI) tidak akan mengubah suku bunga acuan BI rate setelah data produk domestik bruto (PDB) kuartal II yang di bawah ekspektasi membuat pelemahan rupiah terbatas.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini, tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp11.756 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.733 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014