"Bank Indonesia melihat asumsi 5,1-5,5 persen masih relevan, kami masih berpegang pada asumsi tersebut," kata Kepala Grup Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs saat diskusi dengan wartawan di Jakarta, Rabu.
Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2014 tercatat 5,12 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2014 sebesar 5,22 persen (yoy).
"Kami mengharapkan, pada triwulan III dan triwulan IV akan ada penguatan dari komponen-komponen pertumbuhan ekonomi itu sendiri sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dapat lebih baik," ujar Peter.
Perlambatan pertumbuhan pada dua kuartal pertama 2014 sendiri disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ekspor yang terutama terjadi pada komoditas berbasis sumber daya alam.
Sebagian ekspor barang tambang masih terhenti akibat kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah, sementara ekspor komoditas batu bara dan CPO menghadapi pelemahan permintaan.
Dari sisi domestik, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari terkontraksinya belanja pemerintah dan kegiatan investasi nonbangunan. Penangguhan penyaluran dana bantuan sosial (Bansos) mengakibatkan turunnya belanja barang dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kontraksi konsumsi pemerintah.
Sementara itu, pertumbuhan investasi nonbangunan yang negatif terutama disebabkan oleh investasi alat angkutan luar negeri yang masih kontraksi sejalan dengan kinerja ekspor tambang yang belum membaik.
Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga yang masih kuat antara lain sebagai dampak dari pelaksanaan Pemilu, sebagaimana tercermin pada membaiknya kinerja industri makanan minuman dan industri kertas. Investasi bangunan juga masih tumbuh cukup baik.
Sementara itu, impor yang menurun akibat moderasi permintaan domestik membantu mengurangi tekanan eksternal akibat penurunan ekspor.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014