Jakarta (ANTARA) - PLN Energi Primer Indoensia (PLN EPI) bersama anak perusahaannya PT Pelayaran Bahtera Adhiguna (BAg) melakukan program kolaborasi tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) pengelolaan sampah organik dengan maggot dari telur lalat hitam atau Black Soldier Fly (BSF) di Desa Karangasem, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan dalam keterangan di Jakarta, Minggu, menjelaskan program ini dapat menciptakan kemandirian serta keberlanjutan dalam pengelolaan sampah organik dapur.

“PLN EPI akan terus berkomitmen untuk menyampaikan program ini secara keberlanjutan sehingga keberhasilan program ini selaras dengan tingkat partisipasi warga Desa Karangasem dalam memilah sampah organik dapur serta dapat menjadi program percontohan bagi desa lain," ujar Mamit.

Melalui program ini, PLN EPI mengajak warga Desa Karangasem untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, edukasi pemilahan sampah, pengolahan sampah hulu terpadu hingga nilai tambah dari hasil pengolahan sampah organik melalui maggot BSF.

BSF (hermetia illucens) adalah sejenis lalat berwarna hitam yang larvanya (maggot) mampu mendegradasi sampah organik. Maggot atau belatung yang dihasilkan dari BSF sangat aktif memakan sampah organik.

Baca juga: PLN EPI dapat penghargaan terkait pengembangan talenta SDM

Proses biokonversi oleh maggot ini dapat mendegradasi sampah lebih cepat, tidak berbau, dan menghasilkan kompos organik, serta larvanya dapat menjadi sumber protein yang baik untuk pakan unggas dan ikan. Proses biokonversi dinilai cukup aman bagi kesehatan manusia karena lalat ini bukan termasuk binatang vektor penyakit.

Kolaborasi ini mengajak komunitas lokal, yaitu Bank Sampah Ngupadi Rejeki untuk memilah sampah organik dapur dari rumah tangga (hulu) kemudian dikumpulkan dan dipakai sebagai pakan budi daya maggot BSF. Hal ini bertujuan untuk mengurangi permasalahan sampah dari rumah tangga (hulu) dan bernilai ekonomis serta dapat membuka peluang usaha baru.

Selain itu, Bank Sampah Ngupadi Rejeki telah menjalankan beberapa kegiatan untuk mengurangi volume sampah yang ada di Desa Karangasem, seperti pengumpulan dan penimbangan sampah anorganik, pengkomposan limbah ternak, dan pembuatan pupuk cair dari sampah organik dapur yang dapat digunakan untuk pupuk kebun.

Mamit menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas keterampilan dan skill warga Karangasem dalam pengelolaan sampah secara mandiri dapat menghasilkan nilai tambah. Selain itu, peningkatan pengetahuan warga akan pentingnya edukasi terkait pemilahan sampah secara mandiri di rumah akan menciptakan rumah bersih dan sehat.

Baca juga: PLN EPI meraih empat penghargaan di ajang Hari Listrik Nasional 2024

Indikator keberhasilan dari program ini telah diukur sesuai kebutuhan warga Kalurahan Karangasem dengan target penerima manfaat sebanyak 250-300 kepala keluarga selama tujuh bulan sehingga dapat mengurangi jumlah volume sampah organik sebanyak 2-3 ton perbulan.

"Hal ini dapat menjadi pengurangan beban biaya bulanan untuk retribusi sampah warga di Kalurahan Karangasem dan memberikan pendapatan bagi warga dari hasil produk maggot BSF dan turunannya," ujar Mamit.

Kepala Bebadan Pangreksaloka Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo menyampaikan program ini sangat bagus karena menjadi percontohan bagi kalurahan lain di DIY sehingga ke depannya program ini dapat berkembang dan terus berjalan secara konsisten berkelanjutan agar memberikan dampak positif bagi warga dan dapat diterapkan di Kalurahan lain.

"Semoga program ini menjadi awal permulaan yang baik dan ke depannya menjadi pelaku utama untuk sirkular ekonomi," kata Marrel.

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024