"Investigasi masih dilakukan dan jangan dipolitisasi karena meresahkan masyarakat sebab datanya tidak sesuai fakta," katanya di Ambon, Rabu.
Kapolda berjanji akan menyampaikan kepada masyarakat akar masalah pertikaian di dua desa bertetangga tersebut bila tim investigasi selesai melakukan tugasnya.
"Jadi jangan dipolitisasi dengan informasi yang katanya - katanya karena dikhawatirkan akan memicu emosi warga dua desa tersebut," ujarnya.
Begitu pun korban yang meninggal atau terluka belum dipastikan senjata yang mengakibatkannya.
"Sulit mengindentifikasi luka akibat tembakan itu berasal dari senjata api organik atau rakitan. Senjata api rakitan juga telah didisain dengan hasilnya seperti organik sehingga butuh investigasi yang teliti," kata Kapolda.
Dia juga mengemukakan belum ada oknum diduga memprovokasi atau mendalangi pertikaian yang diamankan.
"Kami memprioritaskan pengendalian pertikaian dengan tidak mengabaikan proses hukum yang tolong dipercayakan penanganannya kepada polisi," katanya tegas.
Bupati SBB Jakobus Puttileihalat mengingatkan warga Iha dan Luhu agar jangan bertikai lagi karena hanya mengakibatkan penderitaan.
"Kami telah menyantuni korban meninggal dan memfasilitasi pengobatan yang terluka di dua rumah sakit di Ambon," katanya.
Sedangkan, tiga orang dirujuk ke rumah sakit di Makassar, Sulsel berdasarkan rekomendasi tim medis, baik di RSU dr.M. Haulussy maupun RSU Alfatah.
"Jadi masih dirawat lima orang di RSUD dr.M. Haulussy dan 20 lainnya di RSU Alfatah dengan biaya ditanggung bersama antara Pemkab SBB dan Pemprov Maluku," ujar Jakobus.
Pertikaian tersebut mengakibatkan tujuh orang meninggal, satu unit rumah maupun dua ruang kelas salah satu sekolah terbakar.
Pewarta: Alex Sariwating
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014