Pantai Bondo kini menjadi satu-satunya kawasan budi daya rumput laut di Jepara di luar Karimunjawa. Produksi selama lima musim tanam mencapai 6.543 kilogram kering, bernilai ekonomi Rp98,14 juta.
Potensi kawasan ini menarik perhatian banyak pihak. Dengan bibit unggul dan teknik modern, produktivitas rumput laut terus meningkat, membuka peluang besar untuk pengembangan industri hilir.
Tak hanya produksi, pengolahan rumput laut juga berkembang. UMKM berbasis pesisir memberdayakan ibu-ibu lokal untuk menciptakan produk olahan seperti jelly, cheese stick, dan kopi berbahan dasar rumput laut.
Kolaborasi BBPBAP, BJP, dan masyarakat menjadikan Pantai Bondo sebagai model keberhasilan budi daya rumput laut dalam menguatkan ekonomi lokal.
Diolah beragam produk
Masyarakat pesisir Desa Bondo mengolah rumput laut menjadi produk bernilai tinggi. Hasil panen sederhana kini berubah menjadi berbagai inovasi kudapan seperti brownies, pangsit renyah, cheese stick gurih bahkan inovasi kopi rumput laut.
Produk-produk tersebut tidak hanya menawarkan variasi rasa, tetapi juga memperkenalkan rumput laut sebagai bahan baku kuliner modern.
Hasil olahan dijual di Gerai Bhumiku, pusat UMKM di Pantai Bondo. Wisatawan dapat menemukan produk lokal berkualitas dengan harga terjangkau, mulai Rp15.000 hingga Rp100.000 per item.
Upaya ini merupakan dukungan Pemerintah dan BJP. Mereka membina masyarakat pesisir agar meningkatkan nilai tambah hasil laut sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
Perempuan desa, terutama istri nelayan, kini aktif dalam pengolahan rumput laut. Mereka menjadi penggerak utama produksi olahan, memperkuat peran perempuan dalam ekonomi lokal pesisir. BJP telah membawa produk olahan Desa Bondo ke mitra yang ada di Jepang
Sekretaris Kelompok Pembudi Daya Rumput Laut Jaya Samudra, Nanang Cahyo Hadi, merasa bangga ketika produk mereka diperkenalkan di luar negeri melalui mitra-mitra BJP.
Hal itu menunjukkan produk-produk mereka memiliki daya saing di pasar global, dengan begitu akan mendukung ekonomi masyarakat Desa Bondo.
Peluang baru ekonomi
Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani menyatakan bahwa pemerintah akan pengembangan rumput laut menjadi bioavtur.
Riset awal pemanfaatan rumput laut menjadi bioavtur sudah dimulai dan akan dibahas dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Ini diharapkan membuka peluang ekonomi yang lebih luas termasuk bagi pembudi daya di Jepara.
Namun, struktur usaha korporasi rumput laut saat ini masih lemah. Penguatan di sektor ini penting agar hilirisasi rumput laut dapat berjalan lancar dan menghasilkan produk unggulan yang bermanfaat.
KKP mencatat, Indonesia sebagai produsen rumput laut tropis terbesar di dunia memiliki potensi besar. Dengan produksi 9,23 juta ton pada 2022, rumput laut siap mendukung hilirisasi dan memenuhi kebutuhan industri global.
Selain bioavtur, rumput laut juga dikembangkan menjadi pupuk untuk mendukung sektor pertanian. Langkah ini bertujuan meningkatkan produktivitas lahan pertanian dan mendukung swasembada pangan nasional.
KKP memastikan berbagai jenis rumput laut, seperti Sargassum Sp dan Eucheuma cottonii, dapat menjadi bahan baku pupuk. Potensi bahan baku ini diperkirakan mencapai 13 juta ton per tahun.
Saat ini, kapasitas produksi pupuk cair dari rumput laut di Bali mencapai 3.600 ton per tahun. Produksi ini dapat dimanfaatkan untuk 120.000 hektare lahan pertanian.
Dengan pengembangan rumput laut menjadi bioavtur dan pupuk, tentu hal itu menjadi peluang ekonomi bagi pembudi daya rumput laut termasuk yang ada di Pantai Bondo Jepara.
Apalagi Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menjadikan swasembada pangan dan kedaulatan energi sebagai prioritas nasional.
Budi daya rumput laut di Pantai Bondo menjadi potensi ekonomi pesisir melalui inovasi produk, dukungan kelembagaan, dan peluang hilirisasi seperti bioavtur dan pupuk, menciptakan harapan ekonomi baru bagi masyarakat.
Editor: Achmad Zaenal M
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024