merupakan bagian dari rencana Kementerian Pertanian yang menargetkan program cetak sawah seluas 750 ribu hektare di tahun 2025.
Palembang (ANTARA) - Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki 17 kabupaten dan kota itu hingga kini tercatat sebagai daerah penghasil beras terbanyak kelima secara nasional.
 
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras di Sumatera Selatan (Sumsel) mencapai 1,63 juta ton pada tahun 2024.
 
Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto mengatakan produksi beras untuk konsumsi penduduk pada tahun ini sekitar 1,632 juta ton atau meningkat sebesar 0,35 persen dibandingkan tahun 2023.
 
Jumlah tersebut merupakan hasil konversi produksi padi di periode yang sama sebesar 2,84 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan mencapai 9,79 ribu ton GKG.
 
Terdapat tiga daerah dengan produksi GKB paling besar di antaranya Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Hal itu sejalan dengan luas lahan sawah Sumsel yang memang kebanyakan berada di tiga daerah tersebut.
 
Untuk lebih meningkatkan produksi beras, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumsel berupaya mengoptimalkan lahan yang ada dan memetakan lokasi untuk pencetakan sawah baru.

270.000 hektare
 
Dinas Pertanian TPH Sumsel memetakan lokasi cetak sawah baru seluas 270 ribu hektare (ha) lebih di empat kabupaten di provinsi tersebut pada 2025.
 
Empat kabupaten yang dipetakan sebagai lokasi cetak sawah, yakni Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin dan Kabupaten Musi Banyuasin.
 
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan TPH Sumsel, Bambang Pramono menjelaskan bahwa berdasarkan pemetaan timnya ada 271.471 hektare yang akan masuk pencetakan sawah baru dan daerah yang paling banyak dilakukan cetak sawah baru pada 2025, yakni Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) seluas 125.625 ha.
 
Kemudian Kabupaten Banyuasin akan mencetak sawah baru sekotar 57.000 ha. Sedangkan Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) berpotensi cetak sawah seluas 53.000 ha dan Ogan Ilir mencapai 35.846.
 
Untuk melakukan kegiatan cetak sawah tersebut telah dilakukan berbagai persiapan dan koordinasi dengan pemerintah kabupaten setempat dan sejumlah pihak.
 
Dengan persiapan yang baik dan dukungan dari semua pihak, diharapkan kegiatan cetak sawah pada 2025 bisa dilaksanakan sesuai dengan pemetaan di empat kabupaten dan target luasan yang ditetapkan.
 
Jika kegiatan cetak sawah berjalan sesuai rencana, diharapkan Sumatera Selatan (Sumsel) yang kini secara nasional masuk dalam lima provinsi terbesar produksi beras, bisa lebih memperkuat ketahanan pangan di Tanah Air.
 
Pencetakan sawah baru di Sumsel yang mencapai 271.471 hektare itu merupakan bagian dari rencana Kementerian Pertanian yang menargetkan program cetak sawah seluas 750 ribu hektare di tahun 2025. Tiga daerah lain yang diandalkan untuk pencetakan sawah baru yaitu Papua Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
 
Pada 2024, Kementan telah melakukan cetak sawah seluas 1 juta hektare di Merauke, Papua Selatan, dan 500 ribu hektare di Kalimantan Tengah.
 
Gandeng Korem Gapo
 
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan menggandeng Komando Resor Militer 044 Garuda Dempo (Korem Gapo) untuk mencetak sawah pada tahun anggaran 2025.
 
Komandan Korem 044/Gapo Brigjen TNI Muhammad Thohir menjelaskan bahwa dalam melakukan cetak sawah baru, perlu memperhatikan tipologi d lokasi sasaran sehingga tidak merusak ekosistem yang sudah ada.
 
Ia mengaku tak tidak ingin salah langkah karena jangan sampai program mencetak sawah baru dengan skala luas itu mengubah tatanan tipologi Sumsel yang sudah baik.
 
Oleh karena itu perlu perencanaan matang sehingga program pemerintah memperkuat ketahanan pangan nasional di Sumsel bisa berkelanjutan dengan meningkatnya realisasi tanam padi dan produktivitas lahan.
 
Pangdam II Sriwijaya Mayjen TNI M Naudi Nurdika menambahkan, dukungan TNI untuk pencetakan sawah baru tidak hanya dilakukan di Sumatra Selatan tetapi juga dilakukan di wilayah Kodam lainnya di Sumbagsel seperti Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung.
 
Prajurit Kodam II/Sriwijaya mendukung program pemerintah yang dicanangkan Kementerian Pertanian dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional, katanya.
 
Tidak hanya dalam pencetakan sawah, sejumlah kerja sama lain juga telah dilakukan Kodam II/Swj bersama Kementan RI dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional seperti pendampingan distribusi pupuk, program optimalisasi lahan rawa (Opla) dan pompanisasi.
 
Sejumlah Korem juga ikut mengawal program serapan gabah Bulog, program intensifikasi dan ekstensifikasi lahan, dan pendampingan kepada petani dalam program padi, jagung, kedelai (Pajale).
 
Pangdam juga menjelaskan pihaknya juga aktif dalam mendukung ketahanan pangan dengan memanfaatkan lahan yang tidak produktif menjadi produktif seperti ditanami padi dan palawija serta budidaya ternak dan ikan.

Kemenkumham manfaatkan lahan
 
Selain jajaran Kodam II/Sriwijaya, jajaran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) provinsi setempat pada November 2024 ini mulai memanfaatkan lahan kosong di lingkungan lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan negara (rutan) untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
 
Untuk melakukan kegiatan itu diawali di Rutan Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Rutan Prabumulih, Lapas Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Lapas Narkotika Muara Beliti, Kabupaten Musirawas dan Lapas Muara Enim.
 
Kakanwil Kemenkumham Sumsel Ilham Djaya menjelaskan, program ketahanan pangan nasional di lingkungan lapas dan rutan tersebut diwujudkan dengan melakukan budidaya ikan lele, penanaman semangka tanpa biji, pembuatan pupuk organik, pembibitan ikan, serta penanaman sayuran.
 
Sejumlah Lapas yang tercatat ikut memperkuat ketahanan pangan yaituLapas Sekayu dan Rutan Baturaja, keduanya membuat kolam ikan lele dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada di lingkungannya.
Sementara Lapas Narkotika Muara Beliti juga melakukan program pembinaan penanaman dan budidaya sayuran menggunakan metode hidroponik.
 
Demikian juga Lapas Muara Enim menyiapkan penanaman semangka tanpa biji menggunakan metode baluran dengan mulsa plastik. Metode itu berfungsi menghindari serangan hama dan menjaga kelembaban tanah, serta mencegah pertumbuhan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman buah tersebut.
 
Sedangkan Rutan Prabumulih bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Perikanan kota setempat untuk melakukan penyuluhan pertanian serta pelatihan pembuatan pupuk organik dan pembibitan ikan.
 
Hasil panen dari kegiatan tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan di lapas dan rutan serta didistribusikan ke berbagai pihak sebagai bentuk dukungan terhadap swasembada pangan.
 
Program ketahanan pangan ini selain bermanfaat untuk daerah secara umum, juga bermanfaat bagi warga binaan pemasyarakatan karena mereka dapat mengembangkan keterampilan dan kemandirian yang bisa menjadi bekal saat kembali ke masyarakat.
 
Ilham terus memotivasi jajarannya untuk mendukung penuh program Asta Cita dari Presiden RI Prabowo Subianto terkait ketahanan pangan nasional.
Ia telah menginstruksikan seluruh jajaran pemasyarakatan untuk mendukung swasembada pangan berkelanjutan dengan memanfaatkan lahan kosong di lingkungan lapas dan rutan.
 
Semua pihak sudah paham betapa ketahanan pangan menjadi salah satu faktor ketahanan suatu bangsa sehingga tanggungjawabnya tidak hanya bertumpu pada jajaran Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah, namun juga tanggungjawab semua elemen bangsa.
 
Manfaatkan seoptimal mungkin lahan yang ada sehingga semua lahan menghasilkan berbagai produk untuk memperkuat ketahanan pangan.
 

 

Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024