Baghdad (ANTARA News) - Militer Amerika Serikat hari Rabu mengumumkan tewasnya 10 tentaranya di Irak sepanjang hari Selasa lalu, yang merupakan hari paling berdarah bagi pasukan AS yang harus mengatasi pertikaian sektarian dan pemberontakan Arab Sunni. Peningkatan jumlah tentara AS yang tewas terjadi menjelang pemilu Kongres AS bulan depan, dimana masalah perang Irak menjadi isu utama. Popularitas Presiden AS George W. Bush tercoreng oleh meningkatnya rasa tidak puas masyarakat terhadap kebijakan perang. Mantan Menlu AS James Baker telah mengingatkan bahwa tidak ada "peluru sakti" untuk memecahkan masalah di Irak. Sedikitnya 68 tentara AS tewas pada bulan Oktober ini. Jika jumlah tewas rata-rata tiap harinya terus berlanjut, kemungkinan bulan ini menjadi bulan paling berdarah bagi pasukan AS sejak Januari 2005. Sejak invasi tahun 2003, sudah 2.777 personil AS yang tewas di Irak. Setelah menurun hingga 47 orang pada bulan Juli 2006, jumlah personil AS yang tewas terus meningkat hingga 65 di bulan Agustus, dan 71 di bulan September. Komandan pasukan AS di Irak telah memerintahkan razia keamanan besar-besaran sejak Agustus lalu untuk menyingkirkan para milisi. Sekitar 15.000 tentara AS di Baghdad kini fokus pada upaya mencegah jatuhnya korban jiwa. Pasukan AS juga meningkatkan patroli di Baghdad yang menjadi pusat konflik antar sekte yang menewaskan 100 orang se hari. Bom jalanan merupakan senjata paling berbahaya bagi tentara AS di Irak. Tiga tentara AS tewas dan satu luka-luka ketika beroperasi di provinsi Diyala, utara Baghdad, demikian Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006