Ini benar-benar hancur

Gaza, Kairo/Jerusalem (ANTARA News) - Israel menarik pasukan daratnya dan mulai melaksanakan gencatan senjata 72 jam dengan Hamas yang ditengahi Mesir, sebagai langkah pertama menuju perundingan menyangkut penghentian lebih lama perang yang terjadi sekitar sebulan itu.

Beberapa menit sebelum gencatan senjata itu dimulai pukul 08.00 waktu setempat (15.00 WIB), Hamas menembakkan roket-roket, menyebutnya untuk membalas "pembantaian" Israel. Sistem anti-rudal Israel menembak jatuh satu roket di Jerusalem, kata polisi.

Satu roket lainnya menghantam satu rumah di sebuah kota dekat Bethlehem di Tepi Barat yang diduduki negara Yahudi itu. Tidak ada korban dalam serangan itu.

Kendaraan lapis baja dan pasukan infantri Israel mundur dari Jalur Gaza menjelang gencatan senjata itu, dengan seorang juru bicara militer mengatakan tujuan utama mereka untuk memghancurkan terowongan-terowongan penyusupan lintas perbatasan telah selesai.

Pasukan dan tank-tank akan "digelar kembali dalam posisi pertahanan dekat Jalur Gaza dan akan mempertahankan posisi-posisi pertahanan itu", kata juru bicara Letkol Peter Lerner, yang mencerminkan kesediaan Israel untuk memulai kembali pertempuran jika diserang.

Di Jalur Gaza di mana sekitar setengah juta orang terlantar akibat pertempuran seru, beberapa warga yang membawa kasur dan bersama dengan anak-anaknya meninggalkan tempat-tempat penampungan PBB untuk kembali ke permukiman di mana seluruh bloknya hancur.

Duduk di gundukan puing-puing di pinggiran kota utara Beit Lahiya, Zuhair Hjaila, seorang ayah berusia 32 tahun dengan empat anak, mengatakan ia kehilangan rumahnya dan toko serba adanya.

"Ini benar-benar hancur," katanya. "Saya tidak pernah mengira saya akan dapat kembali untuk mengunjungi satu zona gempa."

Beberapa usaha gencatan senjata sebelumnya oleh Mesir dan negara-negara lain kawasan itu, yang diatur Amerika Serikat dan PBB, gagal menenangkan pertempuran Israel-Palestina yang terburuk dalam dua tahun ini.

Seorang pejabat Israel mengatakan dalam beberapa jam sebelum gencatan senjata diberlakukan, wilayah udara sipil di Tel Aviv ditutup sebagai satu tindakan berjaga-jaga terhadap serangan roket Gaza, dan keberangkatan dan kedatangan pesawat di Bandara Ben Gurion ditunda.

Para pejabat Gaza mengatakan perang itu telah menewaskan 1.834 warga Palestina, sebagian besar warga sipil. Israel mengatakan 64 tentaranya dan tiga warga sipil tewas sejak perang dimulai 8 Juli, setelah satu gelombangan serangan roket Palestina.

Israel diperkirakan akan mengirim delegasi pada perundingan gabungan di Kairo untuk memperkuat perjanjian lebih lama dalam gencatan senjata.

Untuk sekarang, Menteri Urusan Strategik Yuval Steinitz mengemukakan kepada Radio Militer Israel: " Tidak ada perjanjian-perjanjian. Seperti yang telah kami katakan, ketenangan akan dijawab dengan ketenangan."

Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kelompok Islam itu juga telah memberitahu Mesir "tentang disetujuinya gencatan senjata 72 jam " yang dimulai Selasa.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyambut baik gencatan senjata itu dan mendesak kedua pihak "melaksanakan sepenuhnya".

Juru bicara Deplu Jen Psaki menambahkan Washington akan terus berusaha membantu kedua pihak mencapai satu solusi berkesinambungan, dapat bertahan lama dan jangka panjang".

Usaha-usaha untuk mengubah gencatan senjata menjadi satu gencatan senjata abadi sulit, dengan kedua pihak tidak sepakat dengan sejumah tuntutan penting dan masing-masing pihak menolak tuntutan legitimasi pihak lain. Hamas menolak eksistensi Israel, dan berikrar akan menghancurkannya, sementara Israel mengecam Hamas sebagai satu kelompok teroris dan menolak segala hubungan dengan kelomok itu.

Selain gencatan senjata, Palestina menuntut diakhirinya blokade Israel terhadap Gaza dan pembebasan para tahanan Palestina termasuk yang ditahan Israel dalam tindakan keras Juni di Tepi Barat setelah tiga mahasiswa seminari Yahudi diculik dan dibunuh.

Israel menolak tuntutan-tuntutan itu di masa lalu.

Menteri Luar Negeri Palestina Riad al-Malki berencana akan mengunjungi Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag, Belanda, Selasa, dalam usahanya melaporkan kasus kejahatan perang yang dilakukan Israel di Gaza.

Kedua pihak saling menuduh kejahatan perang selama serangan di Gaza, sementara membela tindakan-tindakan mereka sendiri sesuai dengan hukum internasional.

(Uu.H-RN)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014