Penghargaan
Dinas Lingkungan Kota Surabaya belum lama ini melakukan verifikasi ke pesantren putra itu dan menilai kalau pesantren tersebut masuk kriteria penerima penghargaan Eco Pesantren atau Pesantren Ramah Lingkungan.
Melalui akun media sosial, mereka mempertontonkan tempat parkir pesantren yang beratapkan jaring hitam (paranet) yang bisa mengurangi sengatan Matahari, kolam ikan dan tanaman hias, pemisahan tempat sampah basah dan sampah kering, fasilitas lubang biopori, tempat wudhu santri yang diberi peringatan hemat air, dan pengelolaan sampah.
Dinas Lingkungan Hidup melakukan verifikasi karena pesantren ini merupakan calon penerima penghargaan Eco Pesantren di Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini bertujuan untuk mengapresiasi pesantren yang berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dan penerapan praktik ramah lingkungan.
Mereka mengapresiasi semua upaya yang telah dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik, salah satunya dengan mendukung gerakan hijau di seluruh pesantren.
"Saat verifikasi semua Muspika (Musyawarah Pimpinan Kecamatan) hadir lengkap. Mulai kecamatan, Polsek hingga Koramil. Ini menjadi poin tersendiri," ujar alumnus Jurusan Akuntansi UPN Veteran Surabaya itu.
Pesantren Dzunnuroin juga membudayakan hemat energi untuk para santrinya. Tampak tulisan peringatan hemat listrik pada sejumlah pojok ruangan.
"Hamat listrik gunakan seperlunya. Matikan lampu jika tidak terpakai. Set temperatur AC 25-26. Cabut steker untuk memutuskan arus. 07.30-- 11.00 malam kondisional" tulis peringatan dalam stiker tersebut.
Para santri juga dibiasakan untuk membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Pihak pondok pesantren menyediakan tempat sampah untuk bahan organik, anorganik, dan tempat sampah daur ulang.
Terdapat pula dua lubang biopori yang diberi pipa yang dipasang pada halaman pesantren yang berpaving.
Biopori adalah lubang resapan air yang memiliki banyak fungsi di antaranya mencegah banjir dsn meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah sehingga dapat mengurangi risiko banjir.
Sejumlah keranjang sampah takakura tampak diletakkan di halaman pesantren. Keranjang tersebut merupakan bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya.
Takakura adalah metode pengomposan sampah organik yang menggunakan keranjang sebagai wadah utama. Metode ini ditemukan oleh Takakura pada tahun 2004 untuk mengatasi masalah penumpukan sampah organik di Surabaya.
Metode Takakura ini praktis dan cocok untuk rumah dengan lahan terbatas, tidak berbau karena menggunakan proses fermentasi. Juga tidak memerlukan perlakuan khusus, seperti menambahkan cairan atau bahan tambahan lain.
Pondok Pesantren Dzunnuroin saat ini diusulkan sebagai salah satu penerima penghargaan Eco Pesantren Tahun 2024 bersama 30 pondok pesantren lainnya di Provinsi Jawa Timur.
Pesantren ini telah diundang pada acara pembinaan dan penyerahan penghargaan Eco Pesantren yang diselenggarakan di Aula Al Ikhlas Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur pada 14 November lalu.
Pembinaan Eco Pesantren diberikan dengan mengambil tema "Lingkungan Hidup dalam Perspektif Islam" , sedangkan penyerahan penghargaan Eco Pesantren 2024 diberikan kepada 30 pondok pesantren di Jawa Timur.
Editor: Achmad Zaenal M
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024